Wednesday 1 July 2015

Yuk Ke Tanah Suci





Setiap muslim pasti ingin berkunjung ke tanah suci. Menjadi tamu Allah Subhanallahu wa Ta’ala dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam. Melihat Mekkah dan Madinah, tawaf di samping Ka’bah, berkunjung ke Makam Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam, shalat di Raudhah, adalah impian setiap muslim di seluruh dunia. Ada bermacam cara menjadi tamu Allah Subhanallahu wa Ta’ala, ada yang dipanggil berhaji, ada yang dipanggil umroh, ada yang dipanggil sebagai mahasiswa terlebih dahulu, ada yang harus susah payah bekerja menjadi TKI, ada yang bolak-balik ke tanah suci sebagai pembimbing umroh, ada juga benra-benar berangkat karena keinginannya dan banyak pula yang datang karena ‘tiba-tiba terpanggil’. Sudah saya jelaskan di postingan sebelumnya, tentang empat panggilan ke Tanah Haram. Jika Allah Subhanallahu wa Ta’ala berkehendak, maka selalu ada jalan untuk sampai ke tanah suci.
Saya sampai ke tanah suci, Alhamdulillah, atas izin Allah Subhanallahu wa Ta’ala, karena keinginan besar ibu saya yang ingin berangkat umroh bersama-sama dengan saya, sejak ia merasa selalu melihat saya di Tanah Suci ketika ia berhaji di 2011 silam. Mashaa Allah.
Ada juga seorang teman, yang sampai ke tanah suci, tanpa mengeluarkan biaya perjalanan, karena mendapat hadiah dari kantornya, padahal sebelumnya ia tak berpikir untuk berangkat umroh di usia muda. Tapi, Qadarallah, takdir membawanya ke tanah suci, sepulang dari perjalanan ini, yang sering kami bicarakan bersama hanyalah, bagaimana caranya agar kami bisa selalu kembali. Karena rindu ini selalu berpulang ke Tanah Suci.
Ada juga cerita teman yang lain, bahwa saudaranya berangkat umroh, pun gratis, dibiayai oleh salah seorang wali murid yang diajarnya mengaji. Mashaa Allah.

Tidak harus kaya raya untuk sampai ke tanah suci, karena jika Allah Subahanallahu wa Ta’ala berkehendak menjadikan kita tamu Nya, maka akan selalu ada jalan indah untuk sampai kesana.
Pun, tak harus berhati bersih untuk menjadi tamu Nya, karena banyak juga yang justru dipanggil untuk diperlihatkan balasan keburukan-keburukan perbuatannya selama ini.
Tidak selalu harus sehat untuk sampai ke Tanah Suci, karena banyak yang setelah menginjak tanah suci, mereka yang tadinya stroke, justru tiba-tiba bisa berjalan, dan mereka yang tadinya selincah kuda, bisa jadi malah sakit-sakitan selama di sana. Semua tergantung niat, amalan, ibadah dan cara Allah Subahanallahu wa Ta’ala menguji kita. Right, everythings happen for a reason.


 
Bagaimana Caranya Berangkat Ke Tanah Suci?

Niat. Segala sesuatu berawal dari niat. Niatkan dalam diri ini, kita ingin sampai ke tanah suci. Kita ingin beribadah di sana, ingin menyempurnakan Rukun Islam, ingin berkunjung ke rumah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam, ingin melihat Ka’bah. Luruskan niat, kita bukan ke tanah suci, hanya agar dipanggil haji atau hajjah. Bukan hanya agar punya kumpulan poto yang bisa dipamerkan, bukan pula hanya agar dipandang terpandang dan mapan, agar orang-orang menghormati kita. Jika anda berangkat dengan niat-niat buruk seperti itu, waspadalah, mungkin setan yang sebenarnya sedang memanggil anda.

Berdoa. Jangan pernah meremehkan kekuatan doa. Doa adalah senjata terampuh yang kita miliki untuk segala hajat. Mintalah, maka akan Aku beri, bahkan Allah Subhanallahu wa Ta’ala berjanji akan memberikan apa yang kita minta. Tentu saja, with any term and conditions. Maka jangan putuskan doa dalam setiap solat kita, dalam setiap ruku dan sujud-sujud panjang kita, dalam keadaan lapang atau sempit, ada uang atau tidak, yakinlah pada kekuatan doa. Indahnya doa dalam sujud adalah ketika kita membisikkan sesuatu kepada bumi tetapi terdengar sampai ke langit. Dahsyatnya doa di penghujung malam seperti anak panah yang melesat langsung mengenai sasarannya. Mashaa Allah. Berdoalah, berdoalah, agar diri ini disampaikan ke Tanah Haram, agar diri ini di undang menjadi tamu Allah Subhanallahu wa Ta’ala dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam. Aamiin.
 
Sedekah. Tak kan berkurang, harta yang sedekah, akan bertambah, akan bertambah. Mate-matika Allah Subahanallahu wa Ta’ala jauh berbeda dengan mate-matika kita yang merupakan ilmu pasti.
2 – 1 = 1 adalah perhitungan manusia
2 – 1 = ~ adalah perhitungan Allah Yang Maha Kaya dan Pemurah.
Boleh jadi Allah Subhanallahu wa Ta’ala membalasnya dengan 10, atau 70, atau 700, namun hak Allah Subahanllahu wa Ta’ala pula untuk menggantinya dengan berkali lipat hingga tak terhingga. Bukan hanya di dunia namun juga kelak di akhirat, bukan hanya materi, namun boleh jadi kesehatan, jodoh, anak, pekerjaan, hidayah, apa saja yang Allah Subahanallahu wa Ta’ala kehendaki.
Bila tabungan kita belum cukup untuk ukuran manusia agar bisa berangkat ke tanah suci, bersedekahlah, dengan mengharap keridhoan Allah Subahanallahu wa Ta’ala.

Berusaha. Doa dan ikhtiar itu seiring dan sejalan. Ada memang, orang yang ketika berdoa, langsung dikabulkan, namun banyak pula yang harus bekerja keras terlebih dahulu untuk mengawal doa-doanya sebelum dikabulkan. Allah Subhanallahu wa Ta’ala lebih mengetahui yang terbaik untuk kita sedang kita tidak. Setelah niat, doa dan sedekah, maka berusahalah. Usaha banyak macamnya, bisa dengan menabung, bisa dengan membantu orang lain, bisa dengan berbuat baik, menyebarkan dakwah, mengajar ilmu agama, bahkan ikut lomba yang berhadiah ke tanah suci. Semua bentuk usaha, selagi masih dijalan yang benar, adalah sah-sah saja.

Berangkat. Percayalah, percayalah pada kebesaran Allah Subhanallahu wa Ta’ala, jika sudah saatnya dipanggil, maka kita akan berangkat. Tidak akan ada yang bisa menghalangi, dan tidak ada yang bisa menebak bagaimana caranya kita berangkat. Pun sebaliknya, jika memang belum saatnya, maka akan selalu ada saja halangan yang membuat kita tidak berangkat meskipun kita sudah menyiapkan segala sesuatunya. Namun, jika anda memang berlebih rezeki, niatkanlah untuk menjejakkan kaki di dua tanah haram. Sungguh, uang bisa dicari, barang-barang berharga tidak dibawa mati, wisata keliling Eropa tidaklah wajib, pun semua harta adalah titipan Illahi Rabbi yang kelak akan dimintai pertanggung jawaban kemana semua itu dipergunakan. Namun hidayah, tak ujug-ujug datang sendiri, ia haruslah dijemput, harus diperjuangkan.
Jangan takut berangkat umroh atau haji, jangan pernah tunda dengan kalimat,
‘nantilah menunggu hati bersih’
‘nantilah menunggu panggilan’
‘nantilah jika ilmunya sudah cukup’
Pergilah, maka Allah Subhanallahu wa Ta’ala akan membersihkan hati ini. Pergilah, sesungguhnya rezekimu yang berlebih itu merupakan panggilan sayang Allah Subhanallahu wa Ta’ala kepadamu. Pergilah, karena setiap perjalanan akan mendatangkan ilmu yang baru, bahkan pada perjalanan yang tidak menyenangkan sekalipun, apalagi ini perjalanan suci.
Pergilah, kunjungi Nabimu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam, sampaikan salammu di Masjidnya. Pergilah, mohon ampun pada Rabb mu, di depan Baitullah. Karena tidak ada tempat yang lebih indah di muka bumi ini selain Mekkah dan Madinah. Karena tiada rindu yang lebih haru di dunia ini selain rindu pada dua Tanah Haram.


Apa Yang Harus di Persiapkan?

1. Mendaftar ke Biro Perjalanan yang Kredibel dan Reputable.
    Tidak tahu info tentang biro perjalanan yang terpercaya? Cek infonya di Depag, biasanya Departemen Agama memiliki daftar travel yang memiliki izin untuk memberangkatkan jamaah haji dan umroh. Selain Depag, kita juga bisa bertanya pada ustad yang biasanya memiliki link ke biro perjalanan semacam ini. Setelah menemukan biro perjalanan yang dirasa pas, cek dan ricek lagi ke Depag, apakah biro perjalanan memiliki izin resmi, bisa juga melacak track record nya melalui internet, atau bertanya pada kenalan yang sudah pernah berangkat melalui biro perjalanan tersebut. Bagaimana proses pendaftarannya, berapa biayanya, sudah termasuk apa saja biaya tersebut, berapa lama perjalanannya dan hal-hal detail lain yang memang semestinya ditanyakan sebelum mendaftar. Karena banyak sekali kejadian seperti uang yang dibawa kabur, atau jamaah yang terlantar, itu semua karena kurangnya antisipasi dan riset pada biro perjalanan yang digunakan, walau terkadang ada juga hal-hal yang diluar kuasa manusia yang menyebabkan terjadi halangan dalam perjalanan tersebut.
    Umroh kemarin, saya dan keluarga menggunakan jasa tour and travel dari PT. Grand Shafa Nauli, yang beralamat di Jl. Letda Sudjono, Medan. Atas rekomendasi ustad kenalan kami, yang baik hati dan In shaa Allah Ta’ala bisa dipercaya. PT.GSN menyediakan paket umrah, waktu itu selama 12 hari perjalanan dengan biaya $1950 per orang (pada April 2015, red) dengan perincian, biaya tersebut sudah termasuk :
-Tiket PP kelas ekonomi, waktu itu kami menggunakan pesawat Saudia Airlines, berangkat dari Kuala Namu Internasional Airport dan tiba di Prince Mohammad bin Abdul Aziz, Madinah (keberangkatan bisa saja menggunakan pesawat yang berbeda dan bisa saja langsung ke Mekkah atau Jeddah, atau mungkin harus transit dulu, tergantung situasi dan kondisi pada keberangkatan)
-Visa
-Hotel di Madinah dan Mekkah, waktu itu kami menempati Hotel Madinah Al Mubaraq, yang berjarak kira-kira 100 meter dari Masjid Nabawi, Madinah. Hotelnya bagus, kamarnya cukup besar, dengan kuota 4 orang perkamar, atau bisa juga 2 orang perkamar dengan biaya tambahan, ada kamar mandi didalam, AC, TV, Kulkas dan Brangkas. Sementara ketika di Makkah, kami menginap di Hotel Nawarat Syams 1, sekitar 1 km dari Masjid Haram, terletak di Ibrahim Al Khaleed st, Misfalah. Tapi percayalah, 1 km tidak jauh saudara-saudara, karena jalan kaki adalah olahraga utama dalam ibadah haji dan umroh, sepanjang jalan akan ada lautan manusia yang tak pernah sepi, sehingga jarak bukanlah masalah besar setiap akan berangkat ke Masjid. Melangkah perlahan ditemani burung merpati dan jajaran pertokoan yang menjual aneka makanan dan oleh-oleh, tidak sampai 10 menit, kita akan sampai ke Masjid Haram.

Hotel di Mekkah dan Bus yang digunakan dalam perjalanan.

-Makan 3x sehari dengan menu Indonesia, terkadang sudah di modifikasi :D katering kami enak, variasi makanannya beragam dan sekali lagi, saya pribadi bukanlah orang yang suka mengeluh tentang makanan. Jadi makanan apapun yang disediakan katering akan saya syukuri dan makan dengan lahap. Be Grateful.
-Perlengkapan Ibadah, kami menerima 3 buah tas dari travel. Sebuah koper untuk pakaian, sebuah tas sandang untuk perlengkapan yang lebih kecil, misalnya sandal, handuk kecil, peralatan mandi dan lain-lain, juga tas kecil untuk menyimpan paspor, notes, handphone dan benda-benda yang selalu kami bawa. Selain itu kami juga mendapat mukena untuk perempuan, dan kain ihram untuk lelaki, sebuah buku panduan ibadah, dan kain seragam yang harus dijahit sebagai penanda travel kami saat berangkat dan pulang.
-Air Zam-Zam 5 liter, sebelum ini jamaah bisa mendapat jatah air sampai 10 liter, namun sejak Januari 2015, jatah air yang boleh dibawa jamaah dibatasi hanya sampai 5 liter saja, maka saat kembali kemarin, kami mendapat jatah air Zam-Zam sebanyak 5 liter atau 1 botol sedang per orangnya.

Jatah air Zam-Zam, hemat-hemat pakainya

-Transportasi Bus AC, yang digunakan dari bandara ke hotel, saat City Tour, berangkat dari Madinah ke Mekkah, juga saat perjalanan pulang.
-Ziarah dan City Tour, rute setiap travel biasanya sama (riset dengan bertanya pada setiap jamaah yang ditemui saat di Madinah dan Mekkah, tidak hanya jamaah dari Indonesia namun juga dari negara lain), di Madinah, kita akan ziarah ke Raudhah, melihat Makam Baqi, kemudian city tour ke Masjid Quba, sekilas pandang ke Masjid-Masjid bersejarah ,kemudian Perkebunan Kurma, Jabal Uhud, juga Percetakan Al Quran. Jika ada tempat-tempat lain yang dikunjungi, misalnya Jabal Magnet, biasanya terjadi atas kesepakatan jamaah dengan mutawwif. Sementara di Mekkah, kita akan city tour ke Jabal Tsur, Jabal Nur dan melihat Gua Hira, Jabal Rahmah sekaligus Padang Arafah dan Masjid Namirah, kemudian Masjid Ja’ranah untuk mengambil miqat pelaksanaan umroh kedua. Rute-rute tambahan semacam Musseum, Perternakan Unta, Masjid Hudaibiyah dan lain-lain terjadi atas kesepakatan jamaah dan mutawwif dengan ekstra ongkos tambahan karena diluar program travel. (Ongkos tambahan bukan untuk mutawwif, semata-mata untuk membiayai perjalanan yaitu membayar bus yang digunakan, karena rute tambahan tidak termasuk dalam program yang disediakan travel)
-Guide/Mutawwif, yaitu pemandu yang disediakan untuk memandu jamaah, baik pada saat pelaksanaan umroh (mulai dari ihram, tawaf, sa’i sampai tahalul), atau ketika ziarah dan city tour, mutawwif akan memandu jamaah mulai dari tiba di Madinah sampai saat ke Bandara untuk kembali ke tanah air.
 
ini dia mutawwif kami (baju hitam, tapi bukan saya) ustad pemandu yang akan membimbing sepanjang ibadah umroh, mulai dari kami tiba di bandara Madinah, sampai mengantar kami pulang di Jeddah.

2. Menyiapkan Paspor, Visa dan Surat Mahram (khusus perempuan)
    Untuk ke Tanah Suci kita harus menyiapkan paspor asli yang masih berlaku minimal 7 bulan, dengan penulisan nama dalam paspor minimal 3 suku kata (misalnya, Olala Reni Widiati), namun jika nama kita hanya terdiri dari dua suku kata, maka ditambahkanlah nama ayah dibelakang nama kita. Pihak travel juga bersedia membantu pembuatan paspor jika kita tidak sempat atau mengalami kesulitan dalam proses pembuatan paspor. Tentu saja, paspor diluar biaya perjalanan. Selain paspor, perlu juga disiapkan surat mahram. Apa itu surat mahram? Saya juga kurang paham, semacam surat keterangan mahram, seperti saya yang belum menikah, maka saya memerlukan surat keterangan yang menjelaskan anak siapa saya ini, siapa mahram yang bertanggung jawab atas saya dan semacam itu. Sama seperti paspor, surat keterangan ini juga diluar biaya perjalanan dan disiapkan oleh pihak travel.

3. Cek Kesehatan dan Info Cuaca
     Penting sekali untuk selalu mengecek kondisi tubuh sebelum berangkat.  Jika ada penyakit bawaan, konsultasi ke dokter sebelum berangkat, siapkan obat yang biasa diminum, juga obat-obatan untuk penyakit yang kerap muncul, misalnya obat sakit kepala, demam, flu dan batuk, sakit gigi, sakit perut/magh, obat tetes mata, obat sendi (karena akan ada banyak sekali sesi jalan kaki), obat oles semacam balsem atau minyak angin, vitamin C, obat penambah darah, plester, koyo tempel, juga spray untuk menyemprotkan air ke wajah (agar kulit tidak kering), tapi saya berharap anda sekalian sehat selama menjalankan ibadah di Tanah Suci, namun tentu saja, mencegah selalu lebih baik daripada mengobati.
    Lakukan pemeriksaan rutin sebelum berangkat, kurangi tidur larut malam, jaga pola makan dan perbanyak minum vitamin, serta mohon kepada Allah Subhanallahu wa Ta’ala agar ibadah berjalan lancar. Selain kesehatan diri, sangat dianjurkan untuk mengecek info cuaca dan musim di Tanah Haram. Bulan April silam saat berangkat, suhu di Madinah bisa mencapai titik terendahnya di 15°C ketika malam tiba, namun saat Ramadhan ini, ternyata Jazirah Arab sedang dilanda musim panas dengan suhu bisa mencapai 45-50°C. Penting untuk diketahui agar kita bisa mempersiapkan bawaan kita dengan baik. Juga untuk persiapan obat-obatan yang mungkin dibutuhkan didua musim yang berbeda secara ekstrem tersebut.

4. Persiapan Perlengkapan Secukupnya
    Packing adalah hal vital dalam perjalanan. Mempersiapkan koper dengan baik akan memudahkan perjalanan. Bawa pakaian seperlunya. Hitung dengan cermat berapa hari anda akan melakukan ibadah. Pisahkan pakaian yang akan dipakai ketika berangkat (dan pulang, karena biasanya saat berangkat kita akan memakai seragam), kemudian susun pakaian dengan cara di gulung, agar lebih banyak space dalam koper. Cukup membawa tiga atau empat setelan pakaian, yang akan digunakan untuk ihram, ziarah atau city tour. Bawa pakaian sesuai musim, jika di Arab sedang musim dingin bawa pakaian yang tebal dan beberapa potong sweater atau jaket tebal, juga selimut. Namun jika sedang musim panas, bawa pakaian yang menyerap keringat, topi, masker, juga kacamata. Pikirkan juga apakah anda lebih memilih membawa berupa-rupa baju agar tak perlu mencuci atau akan menggunakan jasa laundry disana. Biasanya di tiap hotel ada jasa laundry dengan tarif yang beragam. Hanya laundry kan baju anda yang tidak bisa anda cuci sendiri, misalnya kain ihram, atau baju terusan, sementara untuk jilbab, kaos-kaos atau pakaian tidur, sebaiknya cuci saja sendiri di hotel.
    Satu kemungkinan lagi, bawalah pakaian secukupnya, karena anda bisa dipastikan, 90% akan membeli pakaian baru disana. Sisakan ruang dalam koper untuk membawa tanda mata yang akan anda beli disana. Jadi bawalah sekitar 60% dari koper anda. Bawalah pakaian yang tidak ribet, dengan motif sederhana, tidak mencolok, nyaman dipakai, dan mudah dicuci. Lebih baik jika warnanya hitam atau putih saja. Bawalah mukena, karena lebih praktis langsung memakai mukena kemana-mana (jika anda wanita). Jangan lupa membawa sandal, sapu tangan, dan tabir surya. Jadi jika disimpulkan, misalnya anda melakukan ibadah selama 12 hari, bawalah 3-4 potong pakaian, 1 potong pakaian tidur, sebuah mukena dan jilbab secukupnya, 1 potong jaket atau sweater, selimut atau kain panjang jika sedang musim dingin, kaos kaki yang banyak, manset, handuk, kemudian 1 potong pakaian ihram atau kain ihram, bawa juga beberapa potong hanger. Pakaian yang sudah dipakai sebaiknya langsung dicuci, jika memungkinkan dicuci di hotel, jika tidak segera laundry saja, jika tidak kotor pakai saja lagi, karena udara di Madinah dan Mekkah memang panas, namun tidak gerah, karena daerahnya berangin, sehingga kita tidak berkeringat selama disana.
     Bawa perlengkapan mandi secukupnya, dan selalu gunakan tabir surya atau pelembab, untuk wajah dan kulit tubuh, kulit akan diterpa udara kering yang akan membuatnya terkelupas bahkan tergores. Selalu pastikan kelembapan kulit dan basahi wajah dan bibir dengan saputangan basah atau spray. Terakhir, tidak perlu mandi dua kali sehari selama disana. Saya hanya mandi satu kali setiap hari disana, saat malam sebelum tidur. Kita baru akan kembali ke kamar hotel, minimal pukul 10 malam, dan baru akan tidur sekitar pukul 11 malam, dan akan bangun lagi paling tidak pukul 2 pagi karena harus bersiap-siap ke Masjid. (Azdan pertama di Masjid Nabawi atau Masjid Haram sekitar pukul 3-4 pagi. Mandi satu kali saja sudah cukup, terlalu sering mandi akan membuat kulit semakin kering. Perlu diingat bahwa udara di Jazirah Arab yang merupakan negeri padang pasir berbeda dengan Indonesia yang merupakan negara tropis dengan tingkat kelembapan udara tinggi.

5. Persiapan Uang Saku dan List Oleh-Oleh 

contoh uang riyal

     Siapkan uang riyal anda dari Indonesia. Bawa pecahan yang kecil, SR1, SR5, SR10 atau SR50. Banyak barang yang dijual seharga SR10 (sekitar Rp.35.000-Rp.37.000), sehingga membawa banyak pecahan SR10 tentu akan lebih baik. Jika anda tidak membawa cukup banyak uang riyal, jangan tukarkan uang anda di bandara karena biasanya lebih mahal, bawa saja atm, karena kita bisa menarik uang dari bank setempat, dengan nilai tukar yang lebih murah ketimbang di money changer. Siapkan juga dana untuk antisipasi hal-hal yang tidak terduga, misalnya untuk membayar dam, kalau-kalau kita melanggar pantangan selama berihram, juga untuk membayar orang, kalau-kalau kita sakit dan harus didorong selama umroh, untuk perincian biayanya, bisa ditanyakan pada ustad tempat anda melakukan manasik atau kepada pihak travel. Buat list orang-orang yang akan anda belikan oleh-oleh, beserta jenis barang yang akan dibeli. Jangan tergiur membeli barang-barang yang ditawarkan murah, jika memang tidak ada manfaatnya untuk anda.
   Belilah kurma dan aneka jajanan di Pasar Kurma, Madinah, karena harganya jauh lebih murah. Kalau saya pribadi menyarankan untuk berbelanja di Madinah saja, penjualnya lebih ramah, barangnya lebih bagus, harganya lebih murah dan banyak pilihan. Tapi teori ini memang hanya teori, karena pada prakteknya nanti, sebagian besar dari kita akan terkena syndrome, let’s shopping in every vacant moment :D, laper mata itu memang susah di kontrol. Be wise.

6. Manasik
    Biasanya pihak travel akan menyelenggarakan manasik paling tidak 2 kali sebelum berangkat. Ustad yang menjadi kontributor tempat kami mendaftar menyelenggarakan manasik di rumahnya sebanyak 2 kali. Beliau mengingatkan juga menjelaskan step by step tahapan yang akan kami lalui dalam ibadah. Apa yang tidak boleh dan tidak boleh. Beliau juga mengajarkan doa-doa yang setidaknya harus kami tahu dan hapal selama umroh, misalnya paling tidak bacaan tawaf, niat umroh, tawaf, sa’i, solat sunah tawaf, doa masuk masjid, doa bepergian dan lain-lain.
    Manasik sendiri sebenarnya adalah persiapan rohani kita sebelum berangkat. Bersihkan diri dari penyakit-penyakit hati yang masih ada. Jika marah, maafkanlah. Jika membenci, damailah. Jika masih berhutang, lunasilah. Jika masih ada yang berhutang pada kita, iklaskanlah (jika sedikit :D), tak lupa luruskan niat, teguhkanlah dalam diri, bahwa kita akan bertamu ke rumah Allah Ta’ala, akan bertamu ke Masjid Nabi Shallallahu Alaihi Wassallam, bukan untuk jalan-jalan. Perbanyaklah berdoa dan berdzikir, serta memohon ampun, tidak ada yang tahu perjalanan hidup kita akan sampai dimana, tidak ada yang bisa menjamin kita kembali ke tanah air.
    Sejatinya panggilan ini seharusnya mengubah kita dari yang tadinya kurang baik, jadi semakin baik. Dari yang tadinya sholat diulur-ulur jadi tepat waktu, atau bahkan dari yang tadinya tidak sholat, jadi rajin sholat bahkan ke Masjid (untuk laki-laki), berdoalah agar Allah Subhanallahu wa Ta’ala mengampuni dan memberi hidayah kepada kita. Karena Tanah Suci, adalah tempat mustajab di muka bumi ini.

Apa Yang Harus Di Perhatikan ??

Jangan pernah lupa mencatat nomor telepon mutawwif anda, ustad anda dan perwakilan taravel anda, dan pastikan anda memiliki pulsa minimal untuk sms, juga pastikan anda sudah mengatur nomor panggilan anda selama di Tanah Suci. Jangan lupa selalu gunakan kode negara ketika akan menelepon atau berkirim sms.

Jangan lupa mencatat nama hotel, nomor kamar, nama jalan dan daerah tempat anda menginap. Bawalah kartu nama hotel yang biasanya dibagikan kepada anda setelah anda sampai. Perhatikan daerah tempat anda menginap, ingat-ingatlah bentuk bangunan hotel, jalan yang dilalui, atau beri tanda khusus yang memudahkan anda mengingat, misalnya, disebelah hotel saya ada sebuah mal atau hotel saya letaknya disamping restoran cepat saji.

Ketika ke Masjid, selalu ingat anda masuk dari pintu berapa. Ada banyak pintu dan jalan baik di Masjid Nabawi maupun Masjid Haram. Pehatikan nomor yang tertera juga nama pintunya. Jika anda kehilangan arah, bertanyalah pada askar atau petugas kebersihan yang biasanya ramah-ramah dan bisa berbahasa Indonesia sedikit-sedikit.

Jika anda tersesat atau terpisah dari rombongan, jangan panik. Jika di Masjid, tanyalah arah pada petugas, atau jamaah Indonesia yang anda temui, atau jika tidak ada jamaah Indonesia sejauh anda mencari, tunjukan saja kartu hotel anda pada orang yang anda tanya, kemungkinannya adalah, diantara 10 orang pasti ada 1 orang yang bisa menjawab pertanyaan anda. Jika anda terus menerus tersesat dan berputar-putar, maka beristighfarlah, mungkin anda sedang ditegur. Jika anda terpisah dari rombongan saat city tour, telepon teman anda, tidak, lebih baik telepon mutawwif anda. Jelaskan dengan rinci tempat anda berada, In shaa Allah anda akan dijemput. Tidak punya pulsa? Pergi dan cari rombongan dari Indonesia, jelaskan situasi anda pada kepala pemandu mereka dan minta tolong agar diizinkan ikut serta sampai kembali ke Masjid. Atau berikan kartu nama hotel tempat anda menginap agar anda diantar sampai ke hotel, bisa juga berikan nomor mutawwif anda agar mereka dapat menghubungi mutawwif anda dan menjelaskan situasinya. Jika anda tersesat saat tawaf atau sa’i, jangan membuang-buang waktu dengan berusaha mencari rombongan. Lanjutkan saja ibadah anda terlebih dahulu, setelah selesai, baru gunakan cara-cara yang sudah disebut diatas.


Demikianlah, semoga beberapa tips tersebut bermanfaat bagi anda. Bagi yang akan menjalankan ibadah umroh ataupun haji, semoga Allah Ta’ala merahmati perjalanan anda, menjadikan anda haji dan hajjah yang mabrur, aamiin.
Lebih dan terutama banyak kekurangan saya mohon maaf, jika ada kesalahan dalam tulisan ini benar-benar murni kesalahan saya, dan sekiranya ada pelajaran yang bisa diambil, maka Alhamdulillah, mudah-mudahan berguna.

Salam rindu untuk Mekkah dan Madinah, semoga langkah kita disampaikan ke Tanah Haram, aamiin.
Wassalamualaykum Warrahmatullahi Wabarakatuh



Friday 26 June 2015

Incredible Journey (6) : Kisah-Kisah di Balik Perjalanan (2)

baca juga cerita sebelumnya : Kisah di Balik Perjalanan (1)


Inggris, Bukan Bahasa Internasional.

Aku pernah bertemu beberapa jenis orang yang sombongnya setengah mati hanya karena mahir berbahasa Inggris. Orang itu pasti belum sampai Mekkah atau Madinah. Bahasa inggrisku tidak buruk, pun tidak bagus-bagus amat. Kalau sekedar paham apa yang diucapkan native dari Inggris raya sana, aku paham, untuk berbicara kalimat-kalimat dasar atau percakapan sehari-hari, aku juga In shaa’Allah bisa. Not bad lah untuk jalan-jalan keluar negeri. Jadi, begitulah, aku pikir modal bisa berbahasa Inggris akan cukup berguna di Arab Saudi, misalnya ketika akan belanja atau menanyakan arah. Ternyata salah saudara-sudara.

Aku dan ibu melihat-lihat baju di toko yang cukup besar didepan hotel. Sebuah toko yang menjual baju, sajadah dan jubah-jubah arab. Aku bertanya harga sebuah baju yang dipajang di toko, “how much is it?” dan siempunya toko, laki-laki paruh baya berwajah manis, tersenyum manis sambil berkata “seratus lima puluh riyal” dengan bahasa indonesia yang fasih, jelas, tanpa kesalahan artikulasi. Dan aku terbelalak “how expensive!!!” dan ia kembali menjawab dengan bahasa Indonesia, seakan-akan kami sedang di Pasar Beringharjo saja, “boleh kurang ..”
Dan aku tertawa, yah, tidak perlu mahir bahasa inggris, mereka para pendagang Madinah sangat fasih berbahasa Indonesia, memang tidak semua, namun kebanyakan bisa berbahasa Indonesia. Bukankah ini menjelaskan satu hal, bahwa orang Indonesia tidak peduli dimanapun mereka berada akan selalu belanja disetiap ada kesempatan. Jamaah Indonesia adalah jamaah dengan tingkat belanja tertinggi dibanding jamaah lain, jelas, jumlah kita sangat banyak, dan kita senang sekali berburu oleh-oleh. Maka uang saku yang disiapkan dari Indonesia 90% habis untuk membeli barang-barang yang tidak terlalu penting demi oleh-oleh.

Maka terjadilah perang tawar menawar dengan si empunya toko, kalau dihitung-hitung sebuah gamis hitam dengan pasangan selendangnya, harganya SR 150 jika dikonversi ke rupiah harganya sekitar Rp. 525.000 , wah mahal. Banyak sekali model gamis yang dijual dan semuanya bewarna hitam, one of my favourite color. Pilih-pilih model, si empunya toko menawarkan gamis yang aduhai sekali, potongannya melebar kebawah, yang kira-kira jika dipakai akan berkibar-kibar seperti bendera, belum manik-manik yang menghiasi dibagian dada, menurut si mas empunya toko, gamis ini adalah gamis model Syahrini. Aduh, mbak Syahrini terkenal sekali, bahkan namanya dicatut oleh para pedagang disana, si mas empunya toko bahkan bisa dengan sangat lihai meniru aksi maju mundur cantiknya Syahrini, aku speechless, tidak tahu harus terharu atau bangga.

Selain gamis, toko ini menjual banyak sekali sajadah, sorban, juga gamis untuk laki-laki. Aku dan ibu memilih-milih sajadah, memang wajar ia mematok harga yang lumayan, kualitas barang-barangnya memang bagus, modelnya beragam, apalagi sajadahnya, ciamik-ciamik sekali. Aku iseng bertanya pada si mas penjual, “Ini sajadah, made in Majalengka ya? Saya beli jauh-jauh di Arab, nanti rupanya made in Indonesia”
Dia tertawa, “No .... ini semua made in Turkiiii, semua yang dijual disini made in Turki”
Si mas empunya toko yang pada dasarnya ramah, sembari menunggu kami memilah dan memilih bertanya, “your mother?” katanya menunjuk ibu
“Yes” ujarku tersenyum
“Berapa umurnya, 50 ada?” katanya dengan Bahasa Indonesia tanpa SPOK
Aku mengangguk lagi
“Kamu, berapa umurnya?” tanyanya lagi
“27” aku menjawab singkat
“Sudah menikah?”
Aku tertawa, “Not yet, saya belum menikah”
“Kamu mau nikah sama orang Madinah?” tanyanya santai
Aku kembali tertawa, ini orang nawarin suami kok kayak nawarin dendeng balado, renyah saja.
“Orang Madinah baik-baik, ganteng-ganteng” si mas empunya kembali promosi “Mau ya, nikah sama orang Madinah”
Aku hanya tertawa, mau bilang emoh, kok rasanya sombong, nanti ketulah, benar-benar dapat jodoh orang Madinah, tapi mau bilang iya, takutnya aku nanti dijadikan istri kedua.
Jadi aku memutuskan untuk kembali memilah-milah sajadah, dan menawar mati-matian sebuah gamis agar diberi harga murah. Yah ramah sih ramah, tapi tetap saja harganya tidak turun. Tapi, itulah jeleknya aku, kalau sudah masuk satu toko, maka tidak akan pindah ke toko lain, intinya kaki ini malas kalau harus muter-muter untuk belanja, ada didepan mata kenapa harus mencari ketempat lain?  Kami memilah-milah sajadah, untuk tetangga yang sudah berbaik hati menjaga rumah kami, untuk pak dosen pembimbing Yudi, kemudian untuk seorang temanku. Cukuplah dulu membeli oleh-olehnya, karena tidak membawa uang terlalu banyak, kami hanya membeli sebuah gamis yang akhirnya harganya turun menjadi SR120, sebuah sajadah yang baguuuus sekali harganya SR50 dan dua buah sajadah yang dengan motif yang indah seharga masing-masing SR30.
Diakhir cerita si mas empunya toko akhirnya memberi diskon lagi  SR10 kepadaku, sembari mendoakanku agar aku mendapat jodoh. Jodohnya tetap, orang Madinah.
 
belanja setiap habis solat


Madinah memang surga belanja. Barang-barangnya bagus-bagus, penjualnya ramah-ramah, dan ganteng-ganteng. Semua bisa ditawar, berupa-rupa dagangan digelar disepanjang jalan mulai dari pintu gerbang Masjid Nabawi sampai ke hotel. Setiap selesai salat, maka ramailah jalanan dipenuhi pedagang dan pembeli. Ada jilbab, lobe, aksesoris, sandal, mainan, aneka gamis bahkan daster, kurma, coklat, buku, dan Al-Quran. Mereka akan berteriak-teriak dengan lantang menawarkan dagangannya, kebanyakan dengan bahasa Indonesia, “Murah, murah, harga mati, lima reyal” kata-kata itu sering wara-wiri ditelingaku setiap pulang dari salat fardhu di Masjid Nabawi.
Tapi untuk pedagang kaki lima, ternyata tidak semua bisa berbahasa Indonesia, mereka hanya tahu menyebutkan harga dan murah saja, pernah suatu ketika aku membeli jilbab, sang penjual yang kelihatannya berasal dari India, awalnya menawarkan dengan bahasa Indonesia, tapi ketika aku meminta jilbab dengan warna berbeda ia bingung, aku mengulanginya dengan bahasa inggris pun ia tetap bingung, akhirnya aku harus memilah-milah sendiri jilbab yang aku inginkan karena mereka ternyata hanya bisa berbahasa ibu dan bahasa Arab. 

see, ada kopi dimana-mana :D

Selain barang-barang, yang tidak kalah menarik adalah pedagang makanan. Rupa-rupa makanan yang tidak ada di Indonesia dijual disini. Aku dan Yudi suka membeli kebab dan nasi briyani. Selain itu ada penjual coklat. Coklat dengan bungkus warna-warni yang harganya di bandrol SR20 perkilo nya. Aku menyesal setengah mati tidak membeli coklat yang banyak selama di Madinah, karena harga coklat di ladang kurma maupun di Mekkah ternyata jauh lebih mahal.


Belanja Dulu, Belanja Lagi, Belanja Terus ..


Memang sudah tabiat orang Indonesia, tidak bisa tahan selera. Padahal ustad kecil sering menasihati kami agar tidak berbelanja seusai salat fardu, selain tidak ada faedahnya, kurang pula keberkahannya. Ia ingin agar kami, ketika selesai salat langsung saja pulang ke hotel, jika sudah jam makan, kami seharusnya makan dulu, baru setelah selesai, kami bisa berbelanja bersama dengan teman-teman jamaah yang lain. Tapi apa mau dikata, begitu kaki melangkah keluar gerbang Masjid, godaan rupa-rupa barang langsung menyerang mata, apalagi ditawarkan dengan embel-embel “murah, murah, murah”, apa salahnya beli sebentar, daripada harus bolak-balik ke hotel kemudian kembali.

belanja ala bapak-bapak

Aku sendiri taat pada mutawwifku, apapun yang dianjurkannya maka aku ikuti. Aku jamaah penurut kan? Padahal sebenarnya, aku tidak berbelanja selesai salat karena, aku memang tidak pernah membawa uang yang banyak ke Masjid, paling-paling hanya sepuluh atau duapuluh riyal, malah sering tidak bawa uang sama sekali. Lagipula memang lebih baik jika pulang dulu ke hotel, makan yang kenyang, mengosongkan tas, menukar mukena dengan jilbab, menyiapkan kamera, kemudian jalan-jalan sampai puas.

Aku dan Yudi senang berjalan-jalan di sekitaran Masjid Nabawi. Kami mengeksplore blok demi blok di pusat kota Madinah yang mengelilingi Masjid Nabawi. Mengambil banyak poto, melihat-lihat aneka dagangan, bermacam-macam orang juga bermain-main dengan burung merpati. Padahal kami baru sekali datang ke Kota Madinah, namun tidak ada rasa takut atau canggung berjalan-jalan sendiri di kota. Padahal orang-orang berbicara dengan bahasa berbeda, berpakaian dengan model yang berbeda, memiliki kebudayaan yang juga jauh berbeda dengan Indonesia. Tapi Madinah, rasanya seperti kampung halaman sendiri. Aku tidak takut dicopet, aku juga tidak takut ada begal atau orang yang berniat mesum atau jahat, seperti halnya yang aku rasakan saat aku jalan-jalan ke kota-kota di Indonesia. Kota Madinah memiliki aura seperti ibu, melindungi, tenang, dan menyenangkan.

Kami berjalan-jalan memutari hotel, mencari-cari tempat yang menyediakan wi-fi gratis :D, kami juga melihat-lihat toko makanan, kira-kira makanan apa yang khas Arab. Disepanjang jalan banyak sekali toko yang menjual pakaian, mainan, juga oleh-oleh khas yang sering dibawa orang saat pulang haji atau umroh, seperti gelas yang ada gambar Ka’bahnya, ceret, baki, termos yang kesemuanya bewarna emas. Selain itu banyak sekali mainan lucu, seperti boneka unta yang bisa bernyanyi, boneka barbie yang sebenarnya menurutku terlihat seram, dan yang lebih menakjubkan boneka barbie itu bisa bertalbiyah, ya ampun. Ada juga mainan ikan yang bisa bergerak menggelepar-gelepar seperti kekurangan air, dan masih banyak lagi. Namun sayangnya, semua benda-benda tersebut buatan China. Ya, tidak ada orang China sejauh mata ini mencari, yang berdagang di Madinah atau Mekkah, namun barang-barang negara mereka memonopoli hampir seluruh sektor oleh-oleh di tanah suci.

Kami masuk ke sebuah mal, yang ternyata termasuk ke dalam bangunan hotel tempat kami menginap. Kalau diMedan, tempat ini mirip seperti pusat pasar Sentral, rata-rata barang yang dijual sama. Tapi jangan ditanya penjualnya. 1000% ramah ramah. Semua penjualnya laki-laki, kebanyakan masih muda, mungkin pegawainya. Mereka sangat gigih dalam berdagang. Aku sering sekali, sudah berjalan jauh ternyata adikku, si Yudi yang polos itu tertahan disatu toko karena si empunya toko tidak mau melepaskannya. Bahkan ada satu toko, dimana si penjaga toko, seorang pemuda tampan yang kalau di Indonesia pasti sangat mudah menjadi bintang film,tidak mau melepaskan Yudi. Ia memeluk erat Yudi, bahkan mencium pundak Yudi yang pasti geli dan tidak biasa diperlakukan seperti itu. ia bersikeras kami harus berbelanja di tokonya. Akhirnya, demi melepaskan Yudi dari jerat pemuda tampan ini, aku membeli tiga botol minyak wangi seharga SR10. Demi melihat gelagat para penjual yang rata-rata seperti itu, kami memutuskan untuk keluar dari mal dan melihat-lihat tempat lain.
 
belanjaaaa


Dua blok dari hotel kami menginap, ada sebuah jalan besar yang juga diisi bermacam-macam pedagang. Blok ini jauh lebih ramai daripada blok tempat kami menginap. Dekat dengan pasar kurma dan pancuran burung merpati yang ciamik itu. kami menyusuri pertokoan yang menjual makanan. Satu persatu toko kami lewati, setiap toko memajang menu makanan yang mereka jual. Roti maryam, Kebab, Nasi Briyani adalah menu khas Arab, ada juga makanan khas Pakistan dan India. Kemudian makanan cepat saji semacam fried chicken, dan di toko terakhir kami melihat menu yang sudah wara-wiri dalam hidup kami, rawon, soto, nasi goreng adalah beberapa menu yang ditawarkan. Kami tertawa, sudah jauh-jauh sampai Arab Saudi masa jajannya rawon. Akhirnya kami memutuskan membeli kebab, harganya SR13 perporsi, cukup mahal memang, tapi porsinya memang besar sekali. Kebab adalah roti yang diisi daging, kentang goreng dan kadang ada sayur, potongan dagingnya besar dan sayurnya banyak. Kami juga membeli milktea. Menyingkir dari keramaian, kami memilih untuk duduk di dekat pancuran burung merpati.
 
pancuran merpati
Kenapa pancuran burung merpati? Karena bangunan berpagar keliling yang bentuknya seperti kolam pancuran itu dihinggapi ratusan burung merpati. Pancuran yang terletak di depan Masjid Nabawi itu jadi terlihat indah dan menakjubkan. Burung-burung merpati terbang dan hinggap bergantian, terkadang ada jamaah yang melemparkan makanan beruba biji-bijian ke jalan atau ke pancuran agar bisa melihat lebih jelas dan berpoto dengan burung-burung cantik ini.

Ngomong-ngomong soal belanja, salah seorang temanku, Mbak Ayu, mantan admin Grup One Day One Juz ku, memesan beberapa potong jilbab dengan manik warna warni yang memang kelihatannya sedang ‘in sebagai oleh-oleh, serta dua buah Al-Qur’an apabila aku mampir ke tempat percetakan Al Qur’an. Begitulah, pada dasarnya aku tidak berbakat belanja, maka hari kedua sampai di Madinah, lepas salat Subuh, aku membeli enam buah jilbab pesanannya. Mbak Ayu sudah mengirim contoh gambarnya, beserta deskripsi bentuk, rupa dan dimana aku bisa membelinya. Memang banyak yang menjual jilbab seperti pesanannya, warnanya hitam dan putih, dengan manik-manik warna-warni yang membuatnya jadi makin ciamik. Sampai di hotel, aku ingin melihat seperti apa sih jilbab nya, sampai harus dipesan jauh-jauh ke Madinah, dan ternyata, tadaaaaa, aku salah membeli pesanan. Mbak Ayu memesan jilbab segiempat, dan yang aku beli adalah selendang. Aaaaarghh kenapa penjualnya tidak menjelaskan kalau ini selendang. Salahku, memang salahku. Kenapa aku tidak bertanya, padahal Mbak Ayu sudah mengingatkan agar aku jangan sampai salah membeli, beginilah kalau tidak benar-benar mendengar nasihat orang lain. Akhirnya, enam buah selendang itu aku jadikan oleh-oleh pribadiku, dan keesokan harinya aku membeli lagi pesanan Mbak Ayu, kali ini sebelumnya aku bertanya pada penjualnya, yang lagi-lagi tidak bisa berbahasa Indonesia atau Ingris, apakah yang dijualnya jilbab segiempat sambil membentuk sebuah persegi dengan isyarat tangan atau selendang sambil menunjuk yang sedang aku pakai dikepala. Ah, belanja. 



Jarak Meluruskan Rasa




 Saat di Madinah aku sempat berdoa pada Allah, agar kelak aku diizinkan untuk melihat tempat-tempat indah di dunia ini bersama dengan suamiku kelak, aku meminta agar aku dapat pergi ke negara-negara indah di seluruh bumi ini. Sebagai pecinta jalan-jalan, tentu saja aku berharap dapat mengunjungi banyak tempat indah yang telah di ciptakan Allah.  Namun saat di Mekkah, saat hanya berdiri menatap Ka’bah saja, rasanya tidak ada lagi yang aku inginkan di dunia ini, saat itu aku tidak memikirkan apapun, yang ada di kepalaku hanya, Allah aku ingin tetap disini saja, aku tidak mau kembali, aku tidak mau kemana-mana lagi, bahkan jika saatnya mati, aku ingin mati disini saja.
Disana, saat aku memandang Ka’bah, tidak ada lagi gundah, tidak ada lagi galau. Aku kehilangan perasaanku pada semua cinta semu yang aku tinggalkan di Indonesia. Pada orang yang aku pikir, aku menyukainya, namun jarak meluruskan rasa, menyeleksi rindu, meninggalkan satu hal saja, semua yang dahulu aku anggap cinta, ternyata hanya sebuah kekaguman semu karena tatapan mata yang fana, semua perasaan yang di Indonesia suka bikin galau, menghilang disana. Ada damai yang tidak bisa dijelaskan. Waktu itu aku, tidak merindukan Indonesia, tidak rindu rumahku yang besar, kamarku yang nyaman, teman-teman yang baik, orang yang menungguku kembali, bahkan pada mbakku sendiri, aku tidak merindukan mereka semua. Waktu itu, aku hanya terpesona. Aku kehilangan minat pada semua tempat indah di bumi ini, karena sudah jatuh cinta berkali-kali pada tanah haram, bagaimana tidak rindu, kalau hatiku bahkan sudah kutinggal disana. Bahkan jika harus memilih, keliling dunia atau kembali ke tanah haram, aku pasti akan memilih kembali ke tanah haram.


Pertemuan Pertama




Januari silam, Allah memperkenalkan aku dengan mbak Yeni. Saat itu beliau adalah anggota baru di Grup One Day One Juz yang aku ikuti, kebetulan juga saat itu aku yang bertugas mentabayyun calon anggota baru karena adminku (mbak Ayu, yang dicerita atas menitip oleh-oleh jilbab, -red) sedang umroh. Maka aku berkenalan dengannya, bertukar nomor telepon, bertukar kisah, saling mengingatkan untuk tilawah, singkat cerita, setelah bergabung di grup, kami cukup dekat karena sering ngobrol secara pribadi. Saat aku memberitahunya aku akan berangkat umroh, ia girang, karena seminggu setelahnya ia juga akan berangkat umroh. Wah Mashaa Allah.
Maka kami berjanji, jika Allah mengizinkan, jika ada waktu yang pas, kami akan bertemu entah itu di Mekkah atau Madinah, tergantung situasi. Tapi ternyata jadwal travelku dan travelnya saling bertolak, saat aku sudah beberapa hari di Mekkah, ia baru berangkat dari Indonesia, dan ia akan pergi ke Madinah terlebih dahulu, ia baru berangkat ke Mekkah saat aku akan kembali ke Indonesia. Ada sedih, bingung, sedikit kecewa karena ada harapan tidak bisa bertemu, padahal kami sedang sama-sama ada di tanah haram. Sabtu pagi, Mbak Yeni mengabariku, bahwa ia akan berangkat ke Mekkah, melaksanakan umroh wajib, sementara aku sudah dalam persiapan pulang ke Indonesia. Jika tak ada halangan, maka sabtu malam, mbak Yeni akan tiba di Mekkah dan langsung melaksanakan umroh wajib. Maka tidak mungkin untuk membuat janji bertemu dengannya pada saat itu. Aku sedih sekali, minggu pagi kami sudah diharuskan melaksanakan tawaf wada, sementara Mbak Yeni pun minggu pagi akan melaksanakan city tour. Kapan lagi kami bisa bertemu.
Panjang lebar berdiskusi lewat sms, akhirnya kami sepakat untuk bertemu saat Subuh. Karena kebetulan hotel Mbak Yeni terletak di pelataran Masjid (aiiih hotel mahaaaaaal) maka aku yang akan pergi menemuinya. Adzan pertama untuk tahajud, kami saling berkabar ada di pintu berapa di Masjid Haram, ternyata cukup jauh, aku seperti biasa, masuk lewat pintu no 79, sementara Mbak Yeni masuk dari pintu no.91, sehabis subuh, aku melaksanakan tawaf wada di lantai satu dan Mbak Yeni melaksanakan tawaf sunah di lantai tiga, lagi-lagi kami tidak bertemu. Selesai tawaf, akhirnya aku bersepakat untuk menunggu di depan Grand Zam-Zam, aku menunggu, berdiri, mondar-mandir melihat semua wajah-wajah Indonesia yang melintas dihadapanku. Karena walaupun dekat, kami belum pernah sekalipun bertemu di Indonesia. Aku tinggal di Medan, some place in the corner of Sumatera Island, sementara Mbak Yeni tinggal di Bangkalan, some place i don’t know where is it :D aku hanya tahu Bangkalan ada di Jawa Timur, maka seperti apakah Mbak Yeni itu, akupun tak tahu.
Menunggu sepuluh menit, aku melihatnya dari jauh, dari ciri-ciri yang diberikannya, dari tukar-tukaran poto waktu di grup, Mbak Yeni melangkah perlahan kearahku. Kami tersenyum, kemudian saling menunjuk, dan menyapa untuk meyakinkan, “Mbak Yeni yaa” ujarku tersenyum, dan ia tak kalah lebar senyumnya membalas, “Mbak Reni yaa”, maka kami berdua pun berpeluk erat.
Betapa bahagianya diri ini, teman yang dipertemukan dalam wadah pengajian, yang belum pernah sekalipun bertemu di Indonesia, justru Allah izinkan bertatap, berpeluk erat di Tanah Haram, airmataku menetes satu-satu (aiiih aku cengeng sekali), dan kami tak berbicara untuk waktu yang lama, hanya tersenyum sambil sesekali tertawa haru. Banyak sekali yang ingin aku katakan sebenarnya, tapi waktu tidak mengizinkan. Kami hanya bertukar kisah perjalanan, saling tak percaya dan kemudian berpoto bersama. 

bersama Mbak Yeni :)

Semoga Allah menjadikan persahabatan ini terus terjalin, persahabatan dalam kebaikan, yang saling mengingatkan dan akan berlanjut sampai ke surga, aamiin.
Mudah-mudahan juga Allah mempertemukan kami kembali di tempat-tempat indah lain di bumi ini, aamiin.
  


Gagal


(Read this before  :Ibu)


Tahun 2011 silam, Ibu dan Bapak berangkat haji. Sepulang dari tanah suci, ibu lebih sehat dan lebih gembira. Saat itu Ibu, begitu bahagianya, ia sering berkata, ia melihatku dimana-mana, di semua tempat di tanah suci yang dikunjunginya, seakan-akan ia berangkat haji bersamaku. Itu sebabnya ia, sering berkata, jika ke tanah suci lagi, aku harus ikut. Empat tahun kemudian, aku benar-benar dibawa ke tanah suci. Aku ingin menjaganya, ingin selalu bersamanya. Karena Ibu masih sakit.
Aku pernah berjanji, akan selalu menjaganya, aku akan terus menggenggam tangannya, aku akan selalu ada untuknya. Aku akan makan ice cream bersama, akan naik onta bersama, akan melihat Ka’bah bersama.
Tapi, ada saat-saat aku tidak menggenggam tangannya, karena egoisnya aku. Karena aku tidak mengerti rasanya, bagaimana rasanya, menjadi sepertinya. Aku lupa, ia tak sekuat aku. Aku lupa, ia tak selincah aku. Aku lupa, aku harus menjaganya. Ibu begitu ingin membawaku ke tanah suci, tapi aku justru tak bersamanya ketika umroh wajib, aku biarkan ia didorong orang lain, aku biarkan kewajibanku menjaganya diambil orang lain. Anak macam apa aku ini. Aku terkadang lelah, namun tak seharusnya aku tak menjaganya.
Aku tidak pernah bisa membalasnya, aku belum juga bisa jadi anak yang baik. Aku belum bisa sepenuhnya sabar. Aku mengecewakannya bahkan ketika kami di tanah suci. Rasanya benar-benar gagal.
Aku bahkan lupa pernah menulisnya dulu, kami akan bersama-sama makan ice cream, kami akan naik onta, kami akan melihat Ka’bah.

Allah, Allah Yang Maha Baik, aku lupa, tapi Allah tidak.
Kemarin, aku benar-benar makan ice cream bersama ibu, kami melihat Ka’bah bersama, aku membawanya sedekat yang aku bisa, walaupun sulit sekali, karena berdesak-desakan dengan begitu banyak jamaah, ketika sampai didepan Ka’bah, dekat sekali, walau tak menyentuhnya, Ibu tersenyum. Tapi kami tidak naik onta, karena tidak bisa :)

Aku tidak sepenuhnya jadi anak baik. Maafkan aku, Ibu. Ampuni aku, Ya Allah ..
Lain kali, aku yang akan membawanya, ke Tanah Suci, In shaa Allah,
Aku akan terus menggenggam tanganmu, Ibu.




Beautiful Things Don't Ask For Attention

Pernah nonton film The Secret Life of Walter Mitty? Yes, That's beautiful movie. Buat para penggemar poto, tukang poto, objek poto, korban poto candid, pasti pernah nonton film ciamik itu. And so am I. Waktu nonton film itu dulu,aku hanya terpukau sebagai penonton. Tapi aku baru benar-benar mengerti apa yang dikatakan Sean O'Connell, fotografer eksentrik di film tersebut (yang bisa ngambil foto erupsi gunung merapi dari atas sayap pesawat :D damn crazzy), waktu doi lagi memandangi macan tutul di pegunungan bersalju, doi kasih quotes yang bagus sekali dan aku baru merasakan maknanya waktu aku sampai di Mekkah.
Jadi ceritanya, didepan hotel, Ibrahim Al Khaleed st, ada jalanan yang dipenuhi oleh burung merpati, ribuan burung-burung cakep ini wara-wiri memenuhi jalanan. Kadang mereka terbang rendah, terbang tinggi, terbang berputar-putar, terbang tak tentu arah, terbang menggoda, terbang malu-malu, terbang melintasi para jamaah yang pergi dan pulang ke Masjid Haram. So Awesome. 
Lepas subuh, muter-muter Masjid Haram, beli jajan buat sarapan, poto-poto kemaruk dimana-mana, aku dan Yudi pulang ke hotel, melintasi jalanan padat dan sampailah kami di jalanan yang dipenuhi ribuan burung merpati ini. What a moment, saat itu ribuan burung-burung itu terbang rendah serentak dari arah jembatan ke arah Masjid, kemudian mendarat mulus di jalanan, berulang-ulang. Mashaa Allah, indah sekali. Belum pernah aku melihatnya, ribuan burung-burung terbang rendah diatas kepalaku membentuk formasi yang begitu menakjubkan, benar-benar menghipnotis. Ingat sebuah ayat di Surah Al Mulk,

"Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya diatas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu" (QS Al Mulk : 19)

Maha Besar Allah yang menciptakan semua ini, mengizinkan kami melihat semua keindahan ini, aku dan Yudi terpana, berhenti melangkah dan mendongak keatas. Captivated. Kami terdiam memperhatikan, sama sekali tidak bergerak, saat burung-burung indah itu melintas diatas kepala, kami terpukau. Saat ribuan burung itu mendarat dengan ciamik, aku baru menyenggol Yudi, aih kenapa tidak direkam? Burung-burung itu terbang rendah bolak-balik sampai beberapa kali. Dan setiap mereka bermanuver kami tetap tidak mengeluarkan handphone untuk memotret atau merekam, kami hanya menikmati pemandangan indah ini sambil memuji-muji Kebesaran Allah. Ah Mashaa Allah, luar biasa. Setelah pertunjukan burung-burung indah tadi selesai, kami baru tertawa, ah iya, kenapa tidak direkam. Tapi disitulah momentnya. Ada hal-hal yang indah yang sayang sekali jika dilewatkan hanya demi mengabadikannya dalam selembar poto. Jika kami memilih sibuk memotret, maka benar, kami akan kehilangan momen, yang jauh lebih indah. Momen dimana kami bisa benar-benar merasakan kebesaran Allah. 
Ada banyak sekali hal-hal yang lebih indah dilihat langsung dan direkam dalam ingatan saja.
Aku dan Yudi meneruskan langkah kembali ke hotel, kami sepakat dan sudah mengalami sendiri apa yang dikatakan abang O'Connell, 

"If I like a moment, 
I mean, me ... personality. 
I don't like to have a distraction of a camera. 
I just want to stay in it. 
Right there .... 
Right here ...."

Karena memang benar, beautiful things don't ask for attention. :)


Demikianlah perjalanan menakjubkan ini, ada hal-hal yang aku sesali, banyak yang aku syukuri. Perjalanan ini memutar semua kenangan dalam hidupku, sekaligus memahat pengalaman baru dalam hidupku. Aku tersadarkan, tercerahkan, diingatkan, ditegur dan dicintai dengan begitu besarnya oleh Allah Azza wa Jalla, karena kebaikan Allah, aku sampai di tanah haram, mudah-mudahan ini bukan perjalanan terakhirku. Mudah-mudahan Allah berkenan memanggilku kembali sebagai tamu Allah SWT dan Rasulullah SAW, aamiin, in shaa Allah.


special Thanks To :

Allah Azza wa Jalla, syukur yang tiada putusnya, atas nikmat dan karunia yang begitu berlimpah, karena KebaikanMu, Allah, yang menutup aib-aib diri yang fakir ini, menyampaikan langkah diri yang hina ini ke Tanah Suci,
Maka Nikmat Mu yang manakah yang akan aku dustakan ...

Shalawat dan Salam tercurah kepada junjungan Baginda Rasulullah SAW, semulia-mulia manusia yang pernah ada di bumi ini, penghulu para Nabi, penutup Nabi-Nabi ...
Madinah kota sucimu ya Rasul, begitu indahnya, karena engkau begitu dekat ...

Ibu dan Bapak
Terima kasih karena membawaku ke Tanah Suci, hadiah terindah yang pernah aku dapatkan, kalian lautan cinta tak bertepi di duniaku

Yudi,
adik bandel yang menjadi fotografer pribadi, pengarah gaya, partner in madness and also lovely legal guardian.

PT. Grand Shafa Nauli


Ustad Junaidi 
yang baik hati dan lemah lembut
dan temannya Ustad yang wajahnya mirip Vidi Aldiano yang juga baik hati

Mutawwif kami : Ustad Jufri Lubis
atas bimbingan dan ilmu yang begitu banyak, waktu dan hal-hal baik yang disebarkan, hampir seluruh pengetahuan sejarah dalam postingan Incredible Journey berasal dari ceramahnya.

Teman-teman yang mendoakan
semoga kita semua, disampaikan Allah Ta'ala ke Tanah Haram, menjadi tamu Allah dan Rasulullah, aamiin.
In shaa Allah.