oleh : Muhamad Wahyudi
Penat dengan aktifitas kota Medan yang sibuk dan ruwet, pada hari
minggu 10 November 2013 lalu saya dan teman – teman melakukan trip ke daerah
Tiga Juhar yang memang sudah terkenal akan banyak keindahan alamnya. Yang
paling terkenal tentunya danau Linting, sebuah danau yang tidak terlalu besar
namun airnya terlihat biru kehijauan dan hangat. Kami memulai perjalanan dari
Delitua – Talun kenas – STM Hilr – STM hulu – Tiga juhar pada pukul 09.00 WIB
dengan sepeda motor.
Melalui jalur yang relatif mulus sepanjang jalan menuju Tiga Juhar,
kami berkendara kira – kira 50 menit mengikuti jalan aspal. Ada beberapa
persimpangan yang harus diwaspadai jika tidak ingin kesasar, yang penting kita
jangan malu bertanya pada warga sekitar. setelah sampai desa Tiga Juhar akan
kita temui simpang tiga. Jika sudah sampai disini, kita akan melihat papan tanda
wisata Danau Linting yang mengarah ke kanan. Setelah belok kanan, kira – kira
10 menit kita akan melihat plang yang sudah pudar bertuliskan Danau Linting di
sebelah kiri jalan. Dari sini kita tinggal belok kiri dan sampai deh. Tetapi
bagi yang belum terlalu mahir mengendarai sepeda motor, mungkin harus hati –
hati karena jalan tanjakan sebelum masuk ke kawasan danau rusak dan berbatu –
batu. Tapi tenang, hanya tanjakannya saja dan itu tidak terlalu panjang.
Sesampainya disana kita akan dimintai sekitar Rp. 5000 untuk jasa
parkir dan masuk Danau Linting. Danau ini kecil saja, tidak sampai 1 hektare.
Tetapi airnya biru dan hangat, sangat nyaman bagi kaki yang sudah pegal
berkendara. Oh iya, ini kedua kalinya saya berkunjung kemari, dan menurut saya
terjadi penurunan kualitas pada wisata yang berpotensi ini (pertama kali kemari
pada 19 Agustus 2012). Bahkan pada saat itu belum ada tiket masuk dan kami
hanya membayar Rp. 2000 untuk parkir. Aneh, setelah ada tiket masuk justru
kawasan wisata ini semakin berkurang keindahannya. Hal ini juga karena semakin
banyak warga sekitar yang menyewakan dan menggelar tikar untuk tempat duduk di
pinggiran danau. Belum lagi ada bagian danau yang jorok di permukaannya.
Intinya harus pandai – pandai mencari tempat strategis untuk menikmati danau
ini. Oh iya, agar masih tidak terlalu ramai baik pengunjung maupun penjual, ada
baiknya sampai disini pagi hari, jam 09.00 misalnya, agar masih bisa dapat
banyak spot cantik.
Ini foto tahun 2012
Ini foto tahun 2013
Setelah mendapat tempat yang strategis, kami merendam kaki sejenak.
Hangat airnya benar – benar pas untuk rileks dna bersantai. Oh iya, ada legenda
bahwa disini anak laki – laki sebaiknya jangan berenang, selain karena danau
ini belum terukur dalam dan dasarnya, juga ada cerita bahwa penunggu danau ini
adalah putri cantik yang menyukai anak laki – laki untuk dibawa kedalam danau
bersamanya. Jadi ya, kecuali memang ingin tinggal bersama putri danau Linting
di dasar danau, gak usah macem – macem deh. Hehe.
Setelah berkeliling dan berfoto - foto, kami pun bertanya pada
tukang parkirnya tentang wisata lain di sekitar sini. Ternyata ada wisata Air
Terjun Pelangi yang tak jauh dari danau Linting. Tak mau keduluan dengan orang
lain, kami pun segera tancap gas menuju kesana. Rutenya adalah belok kiri dari
danau Linting (atau lurus dari jalan utama sebelum tanjakan danau) lalu kita
akan menemui sebuah simpang tiga. Dari sini kita belok kanan. Ada simpang tiga
lagi, tapi kita lurus saja. Ada simpang tiga lagi, lalu kita belok kanan.
Jalanan mulai sempit setelah belokan ini. Setelah beberapa meter akan ada
sebuah jalan kecil yang masih berupa kerikil dan tanah di sebelah kiri, maka
kita hanya tinggal mengikuti jalan ini sampai menemui sebuah portal yang
katanya akan ditutp pada pukul 06 sore.
Disana kita akan disambut pemuda pemudi yang cukup ramah yang akan
menunjukkan tempat parkir dan menjual tiket masuk Air Terjun Pelangi sebesar Rp
5000. Kami harus turun melalui jalan tanah yang cukup curam. Tapi tenang saja,
sudah disediakan beberapa pegangan dan anak tangga kayu seadanya agar kita
tidak terpeleset. Ada beberapa spot disini, pertama air terjun atas yang benar
– benar cantik dengan bebatuan besar dan air yang sangat jernih dan segar. Akan
tetapi sepertinya tidak banyak yang ‘ngeh’ bahwa kita bisa ke air terjun yang
diatas sini karena jalannya yang agak membuat bingung. Setelah puas mencuci
muka dan berfoto di atas bebatuan, kami lalu lanjut berjalan ke air terjun
utamanya, yang tingginya kira – kira 6
meter. Disini sudah cukup banyak orang yang berfoto – foto. Kami pun
menjauh dari kerumunan dengan terus meloncati bebatuan besar yang licin. Sampai
lah kami di bibir air terjun yang ketiga yang tingginya kira – kira 5 meter.
Tampak dibawah beberapa anak sedang bermain air.
Walaupun sepertinya pemandangan ini cantik bagi kami, sepertinya
bagi anak – anak sekitar air terjun ini hanyalah tempat main biasa bagi mereka
:D
Oh iya, tips bagi anda yang ingin berkunjung kemari, jangan pakai
sepatu jika ingin puas bermain air. Kalau bisa pakailah sandal outdoor yang
tidak licin. Juga jangan berkunjung kemari jika hari hujan, karena ditakutkan
akan ada peningkatan aliran air. Salah – salah kita bisa terseret arus. Hii.
Setelah puas mengelilingi dan berfoto (lagi) kami pun penasaran akan
jembatan gantung sungai BahBuaya, yang katanya merupakan jembatan gantung
terpanjang di Sumatera Utara. Akan tetapi jembatan ini sudah tidak dipegunakan
lagi karena sudah berbahaya dan lapuk.
Rutenya adalah
belok kiri dari simpang setelah danau Linting tadi, (kekanan air terjun
pelangi, kiri Jembatan gantung dan kalau terus kira – kira 2 jam akan sampai ke
Lau Mentar. Semoga kapan – kapan saya bisa kesana )
Sore hari akan
ada banyak pemuda yang balapan sprint di sepanjang jembatan beton baru yang
sudah dibangun menggantikan jembatan gantung. Jadi hati – hati ya kalau sudah
dekat jembatannya.
Ada baiknya
kalau ingin berfoto di Jembatan gantungnya kita parkirkan motor di bahu kanan
jalan tepat sebelum jembatan. Jangan lupa dipasang kunci ganda seperti gembok
misalnya. Oh iya, kalau anda fobia terhadap ketinggian, mendingan ga usah kemari, karena kalau kita melihat kebawah maka
sekitar 100 meter jauhnya sungai
BahBuaya mengalir cantik di apit rimbunan tanaman.
Hati - hati
terhadap papan jembatan yang mulai lapuk. Bahkan kami pun tidak berani terlalu
lama berdiri disini. Hehe.
![]() |
pemdandangan dari atas jembatan |
![]() |
Add caption |
Akhirnya kami
mengakhiri perjalanan dan kembali ke Delitua. Sungguh sebuah pelepasan penat
yang alami dan menenangkan. Semoga alam di sekitar wilayah Medan dan Deli
Serdang tetap terjaga untuk anak cucu kita nanti, agar mereka bisa menyaksikan
keindahan alam yang natural, bukan hanya mall – mall atau rumah makan seperti
di Medan.