Hai, long time no see yaaaa. Setahun lebih aku absen dari blog, hahhaa, kita sibuk sih, mencari inspirasi. :D
padahal, banyak banget tempat yang dikunjungi selama absen nge-blog. Lagi kumat nih malesnya, kemarin habis patah hati (ceileeee .....). Tapi life goes on, keep moving on, keep calm and always jalan-jalan.
Nah, mulai sekarang, beberapa post juga akan diisi oleh adikku yang misterius. Dia hobinya, tidur, main game dan juga jalan-jalan. Ada beberapa tempat wisata keren di Kota Medan yang sudah dijelajahinya (dan aku belum kesana! damn!!). Jadi ini dia, enjoy the journey.
Salam Olala
♥
Wisata ke Tinggi Raja
Tergiur akan keindahan foto – foto traveller di berbagai
blog, maka pada hari Rabu 5 Februari 2014 saya dan teman – teman berencana
mengunjungi kawah putih Tinggi Raja. Berangkat pukul 10.00 pagi, kami memulai
perjalanan panjang ini dari SPBU Amplas, Medan dengan 5 motor. Rute yang kami lewati
adalah Tanjung Morawa – Simpang Lubuk Pakam – Galang – Negeri Dolok.
Dengan mengendarai motor bebek dan matic, kami menempuh
perjalanan dengan mulus sampai ke perbatasan Galang. Sepanjang perjalanan, kita
akan disuguhi berbagai pemandangan perkebunan sawit. Cukup membuat teriknya
matahari tak terasa menyengat. Beberapa kali kami juga melewati perumahan
penduduk dengan toko – toko kelontong yang cukup membuat hati tenang kalau –
kalau kita butuh sesuatu. Oh iya, perlu diingat bahwa SPBU hanya tersedia di
dekat simpang Lubuk Pakam. Karena itu ada baiknya kita mengisi penuh tanki
motor atau mobil kita, jika tidak ingin membeli bensin eceran dengan harga yang
lebih mahal, yakni antara 7ribu – 9ribu rupiah.
Sesampainya di desa Negeri Seribu Dolok, Motor kami sudah
mulai menemui beberapa meter aspal berlubang. Tapi tenang, ini belum puncak
keseruan perjalanan. Kami juga melewati sebuah jembatan yang terbentang di
sebuah sungai yang sangat indah dengan bebatuan alam yang terserak tak
beraturan, Pemandian Alam Salju namanya. Sayangnya berhubung kami mengejar
untuk tiba di kawah putih tidak terlalu sore, kami tidak sempat kesana. Setelah
kira kira 80 Km perjalanan (kira – kira 2 jam), kami dikagetkan oleh teriakan
beberapa pemuda yang mengarahkan kami untuk belok kiri jika ingin ke kawah
putih.
Kami pun merapat sejenak sambil bertanya – tanya tentang
kawah putih.
“Yang penting disana sopan – sopan, jangan mesra – mesraan,
karena mistisnya masih kuat dibawah sana” nasihat seorang bapak yang menjajakan
bensin di jalur masuk ke kawah putih ini. Kami pun membayar biaya masuk dan
keamanan sebesar 5000 rupiah per orangnya.
“Nanti ini jalan berbatu – batu terus sampai 10 Km ke bawah,
yang penting hati – hati aja bawa motor kalian” tutur pemuda berbaju organisasi
pemuda yang tadi meneriaki kami.
Kami pun memulai puncak perjalanan sesungguhnya. Jalan
berbatu dan terjal, tak jarang turunan dan tanjakan curam yang berpasir
melintang di hadapan kami. Kami juga melihat beberapa jurang yang tinggi dengan
aliran sungai yang tampak kecil didasarnya. Sangat disarankan untuk memakai
motor atau mobil sport yang bersuspensi baik dan ban yang tahan jalan berbatu.
Setelah melewati dua – tiga perkampungan yang masih cukup
tradisional, kami dihentikan oleh seorang pria. Ia mengatakan jika ingin ke
kawah putih maka belok ke kiri, jangan ke kanan, karena disitu adalah tempat
latihan militer. Dan kami juga dimintai 2000 rupiah per kepala sebagai “tiket”
masuknya. Setelah 10 menitan, akhirnya kami sampai di sebuah area luas dengan
dua buah pondok penjaja makanan ringan. Tampak beberapa sepeda motor dan mobil
sudah berbaris rapi di sisinya. Kami pun memarkirkan motor kami disitu dengan
biaya 5000 rupiah per motor. Disana juga ada semacam bilik dengan seember besar
air dan lubang sebagai toilet. “Toilet” ini kami bayar 3000 rupiah / masuk.
Waktu tempuh dari jalur masuk awal sebelum jalan berbatu tadi kira – kira 40
menit – 1 jam, tergantung cara kita membawa motor / mobil.
Setelah beristirahat sejenak, kami berjalan kira – kira 100
meter menuju perbukitan kapur. Panas terik menyambut kami dengan pemandangan
yang memang belum pernah kami lihat.
Segundukan bukit kapur berwarna putih dengan asap mengebul menyambut kami dari
seberang danau air panas berwarna biru kehijauan. Tampak batang – batang pohon
yang menghitam mencuat dari bukit kapur. Jika melihat sekeliling maka kita
serasa kembali ke masa lalu, dengan tanaman besar yang –tampaknya- seperti
pandan berduri menghiasi berbagai sudut. Kami berjalan memutari danau air panas
melewati akar – akar pohon demi mencapai sumber mata airnya.
Sesampainya disana,hawa panas pun terasa. Air yang keluar
cukup panas dan mengandung belerang, sehingga ada baiknya kita tidak
sembarangan memegang kapur atau air.
Saat disana ada cukup banyak pengunjung seperti kami yang
juga berasal dari Medan. Namun dengan adanya banyak pengunjung dan pondok yang
menjajakan mie instant maka tidak dapat dipungkiri wisata alam yang potensial
dan sebenarnya sangat indah ini jauh dari kata asri. Banyak sampah botol
plastik dan cup mie instant, bungkus rokok, plastik, dsb yang bahkan ada
ditengah bukit kapur tersebut, dekat dengan sumber keluarnya air panas.
Sebenarnya ini sangat mengecewakan kami karena dengan jarak yang sangat jauh
dari Medan, pun dengan akses jalan yang sulit, maka hal ini tidak sepadan
dengan banyaknya sampah dan kurang asrinya kawasan ini. Sebenarnya masih ada
lagi sebuah sungai yang katanya airnya bercampur antara air panas yang keluar
dari bukit kapur dengan arus air alami sungai tersebut di bawah bukit
kapur tersebut, dengan jalan tanah yang
cukup terjal. Namun berhubung kami sudah terlalu siang sampai disana, maka
agar tidak kemalaman kami memilih
bersantai saja di pinggiran danau air panas.
Kami pun pulang sekitar pukul 4 sore. Sungguh keindahan alam yang
mempesona sejujurnya, terutama jika masalah sampah dan pondok – pondok yang
menganggu pemandangan disana teratasi dengan baik.
Tapi perlu diingatkan juga bagi teman – teman yang ingin
traveling kesini, bahwa kabar yang beredar yaitu semakin banyak pungutan liar
yang berkedok “sumbangan sukarela” yang dijaga pemuda – pemuda berseragam
ormas. Hal ini semakin membludak apalagi di hari libur seperti sabtu atau
minggu. Lagipula pada sabtu dan minggu kawasan kawah putih begitu ramai
dikunjungi sehingga akan sulit mendapat pemandangan bagus. Ada baiknya pergi
kemari di hari biasa seperti senin – kamis. Juga jangan lupa persiapkan
kendaraan anda dengan baik, seperti dari ban, rem dan mesin agar tidak terjadi
hal yang diinginkan, karena jika terjadi, akan susah mencari bengkel di tengah
perkebunan sawit atau di jalur berbatu tadi. Hehe.
Juga ada baiknya membawa makanan dari rumah, karena warung
makanan cukup langka kita temui disini. Tapi jangan abaikan juga pantangan –
pantangan masyarakat sekitar mengenai apa – apa saja yang boleh dibawa dan
dilakukan.
Sekian pengalaman saya dari Tinggi raja. Salam super.
(Oleh : Muhamad Wahyudi)
No comments:
Post a Comment