Friday 25 April 2014

Long Road to Tinggi Raja

Hi, I'm Back!! :)

Hai, long time no see yaaaa. Setahun lebih aku absen dari blog, hahhaa, kita sibuk sih, mencari inspirasi. :D
padahal, banyak banget tempat yang dikunjungi selama absen nge-blog. Lagi kumat nih malesnya, kemarin habis patah hati (ceileeee .....). Tapi life goes on, keep moving on, keep calm and always jalan-jalan.
Nah, mulai sekarang, beberapa post juga akan diisi oleh adikku yang misterius. Dia hobinya, tidur, main game dan juga jalan-jalan. Ada beberapa tempat wisata keren di Kota Medan yang sudah dijelajahinya (dan aku belum kesana! damn!!). Jadi ini dia, enjoy the journey.
Salam Olala




Wisata ke Tinggi Raja



Tergiur akan keindahan foto – foto traveller di berbagai blog, maka pada hari Rabu 5 Februari 2014 saya dan teman – teman berencana mengunjungi kawah putih Tinggi Raja. Berangkat pukul 10.00 pagi, kami memulai perjalanan panjang ini dari SPBU Amplas, Medan dengan 5 motor. Rute yang kami lewati adalah Tanjung Morawa – Simpang Lubuk Pakam – Galang – Negeri Dolok.
Dengan mengendarai motor bebek dan matic, kami menempuh perjalanan dengan mulus sampai ke perbatasan Galang. Sepanjang perjalanan, kita akan disuguhi berbagai pemandangan perkebunan sawit. Cukup membuat teriknya matahari tak terasa menyengat. Beberapa kali kami juga melewati perumahan penduduk dengan toko – toko kelontong yang cukup membuat hati tenang kalau – kalau kita butuh sesuatu. Oh iya, perlu diingat bahwa SPBU hanya tersedia di dekat simpang Lubuk Pakam. Karena itu ada baiknya kita mengisi penuh tanki motor atau mobil kita, jika tidak ingin membeli bensin eceran dengan harga yang lebih mahal, yakni antara 7ribu – 9ribu rupiah.

Sesampainya di desa Negeri Seribu Dolok, Motor kami sudah mulai menemui beberapa meter aspal berlubang. Tapi tenang, ini belum puncak keseruan perjalanan. Kami juga melewati sebuah jembatan yang terbentang di sebuah sungai yang sangat indah dengan bebatuan alam yang terserak tak beraturan, Pemandian Alam Salju namanya. Sayangnya berhubung kami mengejar untuk tiba di kawah putih tidak terlalu sore, kami tidak sempat kesana. Setelah kira kira 80 Km perjalanan (kira – kira 2 jam), kami dikagetkan oleh teriakan beberapa pemuda yang mengarahkan kami untuk belok kiri jika ingin ke kawah putih.
Kami pun merapat sejenak sambil bertanya – tanya tentang kawah putih.
“Yang penting disana sopan – sopan, jangan mesra – mesraan, karena mistisnya masih kuat dibawah sana” nasihat seorang bapak yang menjajakan bensin di jalur masuk ke kawah putih ini. Kami pun membayar biaya masuk dan keamanan sebesar 5000 rupiah per orangnya.
“Nanti ini jalan berbatu – batu terus sampai 10 Km ke bawah, yang penting hati – hati aja bawa motor kalian” tutur pemuda berbaju organisasi pemuda yang tadi meneriaki kami.

Kami pun memulai puncak perjalanan sesungguhnya. Jalan berbatu dan terjal, tak jarang turunan dan tanjakan curam yang berpasir melintang di hadapan kami. Kami juga melihat beberapa jurang yang tinggi dengan aliran sungai yang tampak kecil didasarnya. Sangat disarankan untuk memakai motor atau mobil sport yang bersuspensi baik dan ban yang tahan jalan berbatu.
Setelah melewati dua – tiga perkampungan yang masih cukup tradisional, kami dihentikan oleh seorang pria. Ia mengatakan jika ingin ke kawah putih maka belok ke kiri, jangan ke kanan, karena disitu adalah tempat latihan militer. Dan kami juga dimintai 2000 rupiah per kepala sebagai “tiket” masuknya. Setelah 10 menitan, akhirnya kami sampai di sebuah area luas dengan dua buah pondok penjaja makanan ringan. Tampak beberapa sepeda motor dan mobil sudah berbaris rapi di sisinya. Kami pun memarkirkan motor kami disitu dengan biaya 5000 rupiah per motor. Disana juga ada semacam bilik dengan seember besar air dan lubang sebagai toilet. “Toilet” ini kami bayar 3000 rupiah / masuk. Waktu tempuh dari jalur masuk awal sebelum jalan berbatu tadi kira – kira 40 menit – 1 jam, tergantung cara kita membawa motor / mobil.

Setelah beristirahat sejenak, kami berjalan kira – kira 100 meter menuju perbukitan kapur. Panas terik menyambut kami dengan pemandangan yang  memang belum pernah kami lihat. Segundukan bukit kapur berwarna putih dengan asap mengebul menyambut kami dari seberang danau air panas berwarna biru kehijauan. Tampak batang – batang pohon yang menghitam mencuat dari bukit kapur. Jika melihat sekeliling maka kita serasa kembali ke masa lalu, dengan tanaman besar yang –tampaknya- seperti pandan berduri menghiasi berbagai sudut. Kami berjalan memutari danau air panas melewati akar – akar pohon demi mencapai sumber mata airnya.
Sesampainya disana,hawa panas pun terasa. Air yang keluar cukup panas dan mengandung belerang, sehingga ada baiknya kita tidak sembarangan memegang kapur atau air. 



Saat disana ada cukup banyak pengunjung seperti kami yang juga berasal dari Medan. Namun dengan adanya banyak pengunjung dan pondok yang menjajakan mie instant maka tidak dapat dipungkiri wisata alam yang potensial dan sebenarnya sangat indah ini jauh dari kata asri. Banyak sampah botol plastik dan cup mie instant, bungkus rokok, plastik, dsb yang bahkan ada ditengah bukit kapur tersebut, dekat dengan sumber keluarnya air panas. Sebenarnya ini sangat mengecewakan kami karena dengan jarak yang sangat jauh dari Medan, pun dengan akses jalan yang sulit, maka hal ini tidak sepadan dengan banyaknya sampah dan kurang asrinya kawasan ini. Sebenarnya masih ada lagi sebuah sungai yang katanya airnya bercampur antara air panas yang keluar dari bukit kapur dengan arus air alami sungai tersebut di bawah bukit kapur  tersebut, dengan jalan tanah yang cukup terjal. Namun berhubung kami sudah terlalu siang sampai disana, maka agar  tidak kemalaman kami memilih bersantai saja di pinggiran danau air panas.  Kami pun pulang sekitar pukul 4 sore. Sungguh keindahan alam yang mempesona sejujurnya, terutama jika masalah sampah dan pondok – pondok yang menganggu pemandangan disana teratasi dengan baik. 



Tapi perlu diingatkan juga bagi teman – teman yang ingin traveling kesini, bahwa kabar yang beredar yaitu semakin banyak pungutan liar yang berkedok “sumbangan sukarela” yang dijaga pemuda – pemuda berseragam ormas. Hal ini semakin membludak apalagi di hari libur seperti sabtu atau minggu. Lagipula pada sabtu dan minggu kawasan kawah putih begitu ramai dikunjungi sehingga akan sulit mendapat pemandangan bagus. Ada baiknya pergi kemari di hari biasa seperti senin – kamis. Juga jangan lupa persiapkan kendaraan anda dengan baik, seperti dari ban, rem dan mesin agar tidak terjadi hal yang diinginkan, karena jika terjadi, akan susah mencari bengkel di tengah perkebunan sawit atau di jalur berbatu tadi. Hehe.
Juga ada baiknya membawa makanan dari rumah, karena warung makanan cukup langka kita temui disini. Tapi jangan abaikan juga pantangan – pantangan masyarakat sekitar mengenai apa – apa saja yang boleh dibawa dan dilakukan.
Sekian pengalaman saya dari Tinggi raja. Salam super.

(Oleh : Muhamad Wahyudi)

No comments:

Post a Comment