Saturday 25 June 2011

Jogja-Jogja-Jogja :)

Memories of Jogjakarta



Kontroversi RUUK Yogyakarta sepertinya tak berpengaruh secara signifikan dalam kehidupan masyarakat Kota Gudeg yang bersahaja, mungkin bagi mereka, biarlah pemerintah mau berbuat apa, karena dihati mereka, sultan tetaplah pemimpin yang sah.

Musim penghujan dibulan Desember, dibawah bayang-bayang ancaman lahar dingin Merapi, kami habiskan malam dikota budaya  Jogjakarta. Dari kilometer nol, kami berjalan menyusuri sepanjang Malioboro yang terkenal sambil melihat-lihat kerajinan budaya masyarakat setempat. Orang-orang bersahaja ramai menawarkan dagangan kepada turis-turis lokal dan asing, riuh rendah suara tawar menawar diantara mereka. Inilah budaya yang tidak pernah hilang di kota kecil dekat Gunung Merapi.
Ketika malam semakin larut, perlahan-lahan pasar kerajinan berubah wujud menjadi pasar kuliner. Aneka penganan khas digelar, pengamen berseliweran, dan orang-orang ramai bersantai menghabiskan malam sambil makan atau sekedar ngobrol. Gudeg, nasi kucing, pecel lele sampai wedang ronde, hmm aroma sedap langsung merebak menari-nari dihidung. Tapi kami menahan diri, dari seorang kenalan yang kuliah disini kami mendapat informasi, makanan yang dijual lesehan disepanjang jalan Malioboro ini rasanya tidak terlalu enak dan harganya juga sudah 3 kali lipat dari harga normal. Maka kami memutuskan untuk segera hengkang dari keramaian kuliner yang membuat perut keroncongan.
Dengan menggunakan becak, arah tujuan kami selanjutnya adalah alun-alun utara Jogja, tempat berada dua pohon beringin yang sangat terkenal itu. Lapangan besar yang kami tuju sudah ramai dipenuhi orang, tua muda dari segala jenis kalangan, padahal malam itu lapangan becek karna sore tadi habis diguyur hujan, tapi lokasi pohon beringin tempat yang kami tuju tetap saja ramai. Banyak yang percaya, apabila kita bisa melewati dua pohon beringin besar di alun-alun utara ini dengan mata tertutup, maka keinginan kita dapat terwujud. Just for fun, dengan menyewa sebuah penutup mata, satu persatu kami mencoba peruntungan kami, what a lucky, dari kami berempat, ternyata hanya saya saja yang mampu melewatinya, walau harus berbecek-becek ria karena menginjak genangan air. Setelah puas bermain-main dengan pohon beringin, kami bersantai sambil melihat-lihat sepeda hias yang lalu-lalang mengitari alun-alun, niat ingin menyewa sepeda kami batalkan, karena ternyata tidak ada satu orangpun dari kami yang bisa bersepeda :D
Mata sudah tidak bisa diajak kompromi dan malam menjelang pagi, kami memutuskan kembali ke hotel dan istirahat, karena besok kami masih akan mengunjungi beberapa tempat wisata di Jogjakarta. Becak menjadi alternatif lagi untuk kembali ke hotel yang letaknya di jalan Dagen, tepat ditengah-tengah Malioboro. It’s time to take a rest.


Pagi yang terlalu cepat dijalan Dagen.
Padahal masih pukul lima, tapi matahari sudah tidak malu-malu lagi muncul keatas bumi ini, menyinari kami yang masih setengah sadar. Tujuan kami pagi ini adalah Jalan Wijilan, sentra penjualan Gudeg yang sangat terkenal di Jogja. Saat jam menunjukkan pukul enam tepat, kami menyusuri Jogja dipagi hari menuju Wijilan, becak lagi-lagi menjadi pilihan, memang sudah berapa tahun terakhir ini, di Jogja tidak ada lagi angkutan umum beroperasi, kebijakan pemda setempat mengganti sarana transportasi dengan kendaraan tradisional seperti becak atau andong, selain itu juga ada ojek motor atau sepeda dan bus transJogja yang mempunyai rute mengitari seluruh kota Jogjakarta. Dengan tariff Rp.3000 kalau kita sanggup dan sangat senggang, silahkan ikut rute transJogja dari pagi sampai malam pukul sembilan, berputar-putar keliling Jogja, turun disemua shelter dan naik bus transJogja yang berbeda sesuka hati kita tanpa harus membayar lagi, dengan syarat : tidak keluar dari shelter! Murah, meriah dan pasti keliling Jogja.
Tiba di Wijilan, udara sejuk membuat kami tetap merapatkan jaket. Setelah mendapat tempat, kami memesan nasi gudeg untuk sarapan pagi. Setelah menunggu sebentar, seporsi nasi gudeg, sambal krecek lengkap dengan suwiran ayam dan telur pindang disajikan kehadapan kami. Hmm, tanpa basa-basi kami menyantap masakan khas Jogja yang rasanya manis gurih itu sampai habis. Perut harus diisi penuh karena Taman Wisata Candi Prambanan adalah rute kami selanjutnya. 
ini gudegnya .. :)

Selama satu jam perjalanan TransJogja kami disuguhi dengan pemandangan kota Jogja, kota kecil bebas angkot tapi tetap padat merayap karna ada banyak sekali persimpangan lampu merah.


Prambanan, what a wonderful temple !


Akhirnya kaki ini melangkah juga di candi tertinggi di Indonesia, Prambanan. Kalau cerita dongengnya, candi ini dibangun si Bandung Bondowoso atas permintaan Roro Jonggrang. Whatever, komplek candi yang terdiri dari lima bangunan utama ini memang menawarkan sejuta pesona. Panas terik tidak membuat kami lelah melangkah mengeksplorasi satu demi satu bangunan candi yang sebagian pada saat itu sedang direnovasi.
Tapi ketika akhirnya kaki ini sudah tidak mampu melangkah lagii, akhirnya kereta jadi alternatif transportasi mengelilingi candi ;) Keluar dari komplek candi, kami berjalan-jalan melihat pasar oleh-oleh yang menjual aneka macam barang kerajinan, mulai dari kaos, kipas, gelang, kalung, dompet dan banyak lagi. Setelah lelah menawar bermacam barang, kami melepas lelah dan bersantap siang dengan menu nasi pecel lesehan yang murah meriah.

Yuk Muter-Muter Jogja :D

Prambanan Temple
 Begitu masuk kawasan candi Prambanan, maka kita bakal disambut kolam pancuran kayak beginii .., poto duluu yaaaa :), nah kalau udah poto-potonya, sebaiknya sebelum masuk kawasan candi, lihat-lihat peta dulu biar gag muter-muter nanti didalem, soal'a kawasan Prambanan ini luaaaaaas banget ..,


 nah, ini salah satu candinya .., tapi lupa deh namanya apa .. :D
 Kalau udah pegel, gag kuat jalan kaki lagi keliling-keliling komplek candi, bisa pakai jasa kereta api kayak gini. tarifnya Rp.5000 sekali jalan. Ini kereta bakal keliling komplek candi dan pemandunya bakal jelasin satu-satu sejarah candi yang ada disini.

 Sekarang, Keliling Kota Jogjakarta Yuuk ..


 Di Jogja ada tempat yang namanya kilometer nol. didaerah ini pedagang kaki lama dilarang berjualan. disepanjang jalan ini juga banyak terdapat tugu, bangku taman, istana presiden, benteng peninggalan belanda, banyak deh ..
kalau poto yang disamping ne, tugu batik gitu, jadi ditiap tugu ada cerita soal batiknya. kelihatannya panas kan, padahal ne masih pagi dan cuacanya lumayan dingiin looh :)
 Nah, kalau yang ini pasti pada tahu dong, Pasar Beringharjo ...
mau belanja apa, batik dari daster, kemeja, long dress, sendal, sepatu, tas sampe pernak-pernik semua ada. harganya jauh lebih murah daripada belanja di malioboro. yang penting pinter-pinter aja nawarnya .. :D
 Inget kan film fenomenol Sang Pencerah, apa gag inget??
itu loh cerita asal muasal muhammadiyah. nah ini dia mesjid tempat syuting tu film, namanya mesjid Kauman. emang dimesjid ini kiblatnya gag lurus, tapi agak miring ..
ini sejarah looh :)
 Sejarahnya, ini taman sari tempat mandi-mandi putri raja-raja jaman dulu gitu. tapi kok udah kayak kolam renang gini ya .. :D











Ada satu tempat yang keren banget di Jogja, i love that place much :)
Ceritanya ini mesjid bawah tanah, bentuknya
kayak hall gitu, melingker :D
zaman dulu, orang-orang beribadah gag menghadap kiblat, tapi membentuk satu lingkaran penuh. mesjid ini serem banget, perempuan dulu solatnya dilantai satu, gag ada listrik, atau penerangan yang memadai. kalau sekarang tempat ini udah jadi tempat wisata, banyak juga yang jadiin mesjid ini sebagai tempat pre wedding ..

Nah, that's my holide in Jogja .., waah, kapan lagi yia balik kejogja .. :D

No comments:

Post a Comment