Thursday 18 June 2015

Incredible Journey (4) : City Tour, That's Why We Call Umrah as 'Wisata' Religi



baca cerita sebelumnya, Makkah The City That Trully Never Sleep, di Incredible Journey 3

  Hari Pertama

Jabal Tsur, Jabal Rahmah dan Masjid Ja’ronah

Rabu pagi, seperti biasa kami memulai jadwal city tour pada pukul delapan pagi waktu setempat. Kami bersiap, karena selain city tour, hari ini kami juga akan kembali mengambil miqat untuk melaksanakan umrah kedua. Maka, jamaah yang ingin melaksanakan umrah lagi, disunahkan untuk mandi sunah ihram, kemudian boleh langsung berpakain ihram, sementara untuk perempuan tidak ada baju khusus, selama menutup aurat maka mantaplah sudah.
Bus kami, tidak seperti di Madinah yang bisa sabar menunggu didepan hotel, saat di Makkah lalu lintas cukup padat, bus tidak diperbolehkan parkir menghalangi jalan, maka setelah yakin jumlah kami komplit semua, ustad baru memerintahkan bus berhenti di depan hotel. Kami duduk manis, seperti biasa, ditempat yang selalu sama, dan seperti yang sudah-sudah, ustad kecil akan berdiri didepan sambil memegang mikropon agar suaranya terdengar sampai kebelakang, kemudian ia akan mulai memimpin doa memulai perjalanan. Ustad kemudian menjelaskan rute city tour kami kali ini. Pertama kami akan ke Jabal Tsur, kemudian ke Padang Arafah sekaligus Jabal Rahmah, melewati Mina dan Muzdalifah, kemudian melewati Jabal Nur, mengambil miqat di Masjid Ja’ronah dan terakhir melewati Ma’la untuk berziarah ke maqam Ibunda Siti Khadijah ra.
Kelihatannya padat ya, padahal tidak, itu semua bisa kami lakukan dalam waktu setengah hari saja. Karena banyak tempat yang hanya kami lewati saja sekilas. Bus meluncur perlahan meninggalkan hotel, keluar daerah Misfalah, menuju terowongan, kemudian berbelok entah kemana aku lupa, tapi padat bangunan ditepi kanan kiri jalan. Tetap ada perbukitan, bukit seperti sebuah landmark yang menajdi ciri khas Arab Saudi. Tak lama, kami tiba di Jabal Tsur, jaraknya hanya sekitar 6 km dari Masjid Al Haram. tampak deretan bus lain berjejer rapi, ratusan jamaah wara-wiri berpoto dan memandangi Jabal Tsur.

Jabal Tsur
Jabal Tsur adalah tempat bersejarah dalam hijrah Nabi Muhammad SAW bersama Abu Bakar ash Shiddiq ra dari Makkah ke Madinah. Saat Nabi SAW dan Abu Bakar dikejar pasukan Quraisy, mereka kemudian bersembunyi di gua diatas Jabal Tsur. Gua yang kecil sekali, sehingga jika pasukan Quraisy melihat kebawah pasti akan terlihat kaki Rasulullah. Saat pasukan Quraisy sampai, mereka melihat di pintu gua, ada sarang laba-laba dan sarang burung  yang sedang bertelur, sehingga pasukan Quraisy berpikir tidak mungkin ada orang yang bersembunyi ditempat ini. Saat itu Abu Bakar sudah sangat ketakukan, karena jarak mereka dengan pasukan Quraisy sangatlah dekat. Saat itu turun wahyu, ayat 40 surat At Tawbah yang menjelaskan :
Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, diwaktu dia berkata pada temannya : “Janganlah kau berduka cita, Sesungguhnya Allah bersama kita”. Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS. At Tawbah : 40)

Dari sinilah diceritakan kisah Asma binti Abu Bakar, dialah putri sahabat Rasulullah, yang bertugas membawakan makanan selama Rasulullah dan ayahnya bersembunyi di dalam gua. Padahal waktu itu Asma sedang mengandung. Asma binti Abu Bakar adalah seorang wanita yang tangguh, istri dari mujahid Zubair bin Awwam. Dia dijuluki sebagai wanita yang memiliki dua ikat pinggang oleh Rasulullah SAW karena memberikan separuh ikat pinggangnya sebagai alas untuk membawa makanan bagi perjalanan hijrah Rasulullah dan ayahnya. Asma binti Abu Bakar juga adalah wanita pertama yang melahirkan di Kota Madinah, yang kemudian mematahkan isu yang ada di Madinah bahwa semua wanita di Madinah tidak akan bisa punya anak karena kaum Yahudi telah mengutuk mereka semua menjadi mandul. Abdullah bin Zubair adalah anak yang pertama lahir di Kota Madinah. Kelak ia akan menjadi mujahid hebat dalam sejarah Islam.
Untuk naik ke gua tempat persembunyian Rasulullah SAW dan Abu Bakar, kita harus mendaki bukit berbatu dan cukup terjal, menurut ustad, untuk sampai keatas dibutuhkan waktu sekitar dua jam pendakian. Kami melihat dari bawah saja dan berdoa, untuk mengambil pelajaran dari perjalanan ini. Setelah berdoa, poto-poto dan puas melihat-lihat, kami melanjutkan perjalanan. Selanjutnya kami akan menuju Jabal Rahmah.
Jabal Rahmah atau bukit kasih sayang adalah tempat yang diyakini sebagai tempat  bertemunya Nabi Adam as dengan Ibunda Siti Hawa setelah terpisah sekian lama ketika diturunkan ke bumi. Tempat inilah yang kemudian menjadi sangat masyhur sebagai tempat berdoa meminta jodoh. :D
Jabal Rahmah terletak di Padang Arafah. Saat hari Arafah tiba, maka penuh sesaklah tempat ini di padati jutaan jamaah dari seluruh dunia yang sedang melaksanakan ibadah haji. Jika ditanya fadilahnya, mana lebih baik berdoa diatas atau dibawah bukit, maka lebih afdol jika berdoa di bawah. 

Jabal Rahmah, berdoanya dari bawah saja
Padang Arafah sendiri, karena bukan musim haji, hanya berupa hamparan tanah luas. Tempat ini menjadi semacam representasi tentang hari akhir kelak, dimana semua orang akan berkumpul dalam keadaan yang sama, tidak ada lagi jabatan yang membedakan, rupa, harta atau kedudukan, semua sirna di hadapan Allah Azza wa Jalla, yang membedakan kita kelak hanyalah taqwa. Di tempat inilah kita menghisab diri kita, merenung tentang dosa-dosa yang sudah kita lakukan, memohon ampunan pada Allah Yang Maha Pemurah, dan tidaklah sah haji seseorang jika ia tidak berada di Padang Arafah pada 9 Zulhijah.
Setiba di Jabal Rahmah, kami diberi waktu 40 menit untuk melihat bukit yang dipenuhi doa-doa yang sama, semua tentang cinta. Ustad sudah menyindir, agar kami tidak menulis-nulis nama di batu, tanah, atau tugu yang ada di puncak bukit, namanya dan nama pasangannya, apalagi jika bukan pasangan halal, itu syirik. Dan yang banyak melakukan hal tersebut adalah jamaah Indonesia. Ahahah, tidak boleh menulis Reni dan Bennedict Cumberbatch berarti :D aaaahk ngaco, abaikan kalimat tadi. Tapi kebiasaan seperti itu memang tidak bisa dihilangkan, karena pesona cerita yang kadung beredar bahwa banyak yang mendapat jodoh setelah menulis namanya di Jabal Rahmah. Aku, sebagai jamaah yang taat (bisa dibilang juga jamaah yang malas), cukuplah melihatnya dari kaki bukit, cukuplah aku sampaikan pada Rabb-ku, jika memang aku sudah pantas, jodohku pasti akan datang. Karena namaku dan jodohku sudah tertulis rapi di Lauhul Mahfudz, bahkan jauh sebelum bumi ini ada. 


Tugu Pertemuan yang terkenal itu

Setelah dari Jabal Rahmah, kami kemudian estafet melihat Padang Arafah, Mina dan Muzdalifah dari bus yang berjalan perlahan, sembari ustad menjelaskan tahapan-tahapan dalam berhaji. Ia juga menunjukkan –dari jauh, tempat melempar jumroh. Bus meluncur perlahan menuju tujuan selanjutnya, yaitu Masjid Ja’ronah, tempat mengambil miqat untuk melaksanakan umroh kedua.
Masjid Ja’ronah memiliki halaman parkir yang luas sekali, karena tempat ini memang sering disinggahi jamaah untuk mengambil miqat. Letaknya sekitar 28 km arah timur laut Kota Mekkah. Dahulu ada sebuah sumur disamping kanan Masjid, yang airnya sering dibawa pulang oleh jamaah karena dipercaya bisa menjadi obat segala macam penyakit. Namun saat ini sumur tersebut telah ditutup oleh Kerajaan Arab Saudi. Ditempat ini juga Rasulullah SAW bertemu dengan wanita yang pernah menyusuinya, yaitu Halimatu Sa’diyah, saat itu Rasul sedang membagikan daging di Ja’ronah, kemudian datang seorang wanita mendekat kepada Rasul, lalu Rasul menjadikan mantelnya sebagai alas kaki bagi wanita tersebut, agar kakinya tak menyentuh tanah. Demikian cintanya Rasulullah SAW kepada seorang ibu, walaupun Halima hanya ibu susunya.

Di Masjid Ja’ronah ini kami kemudian dipersilahkan untuk berwudu dan melaksanakan dua rakaat solat sunah ihram agar kemudian kami bisa memasang niat umrah kedua. Pada umrah kedua ini, bisa kita hadiahkan kepada orang-orang yang kita cintai yang sudah mendahului kita, semisal orangtua apabila sudah meninggal atau saudara atau siapa saja yang kita kehendaki, namun kita tidak bisa membadalkan umrah untuk orang yang masih hidup. Berbeda dengan tawaf yang bisa kita hadiahkan baik kepada yang masih hidup maupun yang sudah mati.
Setelah semua berihram kami kembali ke bus, ustad kemudian memimpin doa, memasang niat umrah, baik untuk sendiri ataupun untuk dihadiahkan. Kemudian ustad juga menjelaskan segala pantang larang dan memimpin kami bertalbiyah.
Dalam perjalanan pulang ke hotel, kami melewati Ma’la, tempat dikuburkannya Ibunda Siti Khadijah. Bus tidak berhenti, hanya berjalan perlahan melintasinya, agar kami bisa berdoa untuk Ibunda kita, yang merupakan wanita hebat, pendamping Rasulullah SAW di masa masa awal kenabian. Dialah, semulia-mulia wanita di surga kelak, pemimpin para wanita di akhirat nanti.

Setelah sampai di hotel, hampir tengah hari. Kami disarankan untuk solat zuhur di hotel kemudian makan siang, mengambil wudu kemudian berkumpul kembali di lobi pada pukul dua siang untuk melaksanakan umrah. Maka berakhirlah rute city tour pertama kami di Tanah Mekkah.


Hari Kedua

Musseum, Peternakan Unta dan Masjid Hudaibiyah

Kamis pagi, hari kedua city tour. Umrah benar-benar paket wisata religi, jika salah kaprah akan lebih banyak ‘wisata’ nya darpada ‘religi’ nya :D ahahaha, tapi mudah-mudahan jamaah kami tidak begitu. Pukul delapan pagi, kami bersiap di lobi, karena hari ini kami akan mengunjungi tiga tempat lagi. Seperti biasa, ustad harus mondar-mandir dulu menunggu kami semua berkumpul, karena seperti biasa, seperti biasa, selalu ada yang terlambat. Mungkin ustad lebih cocok jadi pemandu jamaah dari Belanda yang orangnya selalu tepat waktu :D Setelah kami semua berkumpul, bus meluncur sampai di seberang hotel, kami naik kebus dan duduk manis, semanis aku :D aaaaaaah sudahlah hentikan kenarsisan ini.
Bus meluncur meninggalkan Misfalah, ustad memimpin doa memulai perjalanan, kemudian menjelaskan rute perjalanan hari ini. Pertama kami akan berkunjung ke Musseum, iya museum, tempat menyimpan benda-benda bersejarah di masa lalu, namun barang-barang yang disimpan tidak sampai ke zaman Nabi. Kemudian, kami akan melihat unta. Waaaah unta, aku mau naik unta. Dan terakhir kami akan ke Masjid Hudaibiyah. 

Di depan Musseum
Rute pertama kami adalah Musseum. Bangunan yang berdiri dengan perbukitan yang mengelilinginya ini seperti museum-museum pada umumnya, halaman depannya ditopang pilar-pilar tinggi, dan pintu depannya terbuka lebar. Pintu masuk dan pintu keluar dipisah, hampir keseluruhan bangunan ini bewarna putih. Tidak ada tiket masuk, tidak ada pengemis, tidak ada pedagang asongan (Indonesia, kapan bisa begini???), begitu masuk, kami langsung di sambut maket plan ekspansi Masjidil Haram. Dalam maket terlihat bagaimana nantinya bentuk Masjid Haram setelah selesai direnovasi dan diperlebar. Nantinya setelah diperluas, Masjid Haram bisa menampung jamaah lebih banyak dan diharapkan jamaah dapat lebih nyaman ketika beribadah.

Kemudian, kami melihat-lihat barang peninggalan lain, misalnya mimbar, kiswah, kitab-kitab lama, surat-surat khalifah pada masa kekhilafahan Islam, juga bermacam poto. 
Setelah puas melihat-lihat, berputar-putar dan poto di semua sudut Musseum, kami kemudian melanjutkan perjalanan ke tempat selanjutnya yaitu, ladang unta. Kenapa disebut ladang? Entahlah, suka-suka ustadlah menyebutnya apa, yang jelas kami akan melihat unta. Kemudian, ustad berkisah tentang keistimewaan unta. Unta adalah binatang yang istimewa, banyak isu yang menyebutkan bahwa unta adalah pembawa virus Mers yang sekarang sedang merebak, namun itu hanyalah isu tak bermoral lagi tak bertanggung jawab  yang benar-benar mendiskreditkan unta yang unyu-unyu ini (aiih bahasa apa ini), unta tidak membawa penyakit, semua bagian tubuhnya bermanfaat. Unta bisa dijadikan hewan tunggangan, bisa dimakan pula dagingnya, air susu nya juga sangat baik untuk kesehatan khususnya pencernaan, bahkan ada beberapa penyakit yang bisa disembuhkan dengan air seni unta. Wah luar biasa, Mashaa Allah. 
Ladang Unta
Ternyata yang disebut ladang unta itu, tidak seperti ladang jagung, apalagi ladang sawit. Ladang unta itu berupa sebuah ranch di padang pasir yang tidak terlalu besar, dipinggir jalanan dengan bukit-bukit sebagai pemandangannya, didalamnya ada puluhan unta berdesak-desakkan dan ada seorang penggembala yang menjaganya. Kami parkir di pinggir jalan, dan kemudian berdiri didepan pagar pembatas, dekat sekali, bahkan jika untanya mau dipeluk pun bisa, tapi itu tergantung, untanya mau dipeluk atau tidak. 

untanya tahu mau di poto :D
Aku senang sekali melihat unta, apalagi banyak begini, aku juga senang bisa berpoto dengan unta-unta yang manis ini, kadang-kadang aku merasa unta-unta ini sangat potogenik :D semua unta di ranch ini adalah betina dengan satu punuk.

just gimme a kiss :D

Disini dijual susu unta, yang langsung diperah begitu ada pesanan. Wah, fresh from the camel. Harganya SR 5 perbotol air mineral ukuran kecil, kami membeli dua botol. Untuk apa? Yah, biar ikut kekinian saja sama dengan jamaah-jamaah lain :D , Selain diminum, susu unta juga bagus untuk perawatan wajah. Supir bus yang mengantar kami, demi melihatku yang sebenarnya sudah manis ini, kemudian berkata, pakai susu unta nih, biar jerawatnya hilang. Susu unta yang baru diperas, sama seperti susu sapi, hanya saja banyak sekali busa, atau mungkin endapan lemaknya, yang mengambang di bagian permukaan susu yang tidak ikut dijual, jadi endapan busa tersebut diletakkan disebuah baskom, dan boleh diambil gratis, nah endapan itu yang katanya bagus untuk wajah. Tapi kenapa, kenapa aku, kenapa cuma akuuu yang harus terang-terangan di sarankan langsung memakainya :D ini pasti karena jerawatku sedang banyak-banyaknya. Maka, untuk menyenangkanya, aku mengusapkan endapan berbusa yang ternyata setelah menyentuh kulit rasanya dingin sekali, ke pipi kanan kiri, sedikit saja. Melihatku yang sepertinya ogah-ogahan  dan tidak percaya, supir bus tersebut kembali menyuruhku memakai yang banyak agar jerawatku simsalabim menghilang, bahkan ustad juga menambahkan, aku harus pakai yang banyak biar putih, aaah tidak sopaaaan,  ahahaha, yasudahlah, sudah tanggung, maka selanjutnya aku pakai yang banyak, anggap saja maskeran, tidak apa-apa sih, teksturnya seperti adonan merengue dengan bau susu yang khas. Jamaah lain tertawa-tawa saja melihatnya. Baiklah, setelah maskeran susu unta, rasanya aku dua kali lebih manis dari biasanya, ahahahaa abaikan saja kalimat-kalimat tidak penting di blog ini :D

habis maskeran susu unta, ciamik kan :D
Setelah kena bully, ah maksudku setelah melihat unta-unta yang lucu ini, kami juga sudah belanja oleh-oleh susu unta, kami melanjutkan perjalanan, rute selanjutnya adalah Masjid Hudaibiyah.

Masjid Hudaibiyah terletak sekitar 22 km dari Masjid Haram, kita tentu tahu sejarah perjanjian Hudaibiyah yang terkenal itu. pada tahun ke -6 setelah hijrah, sekitar 1400 kaum muslimin berangkat dari Madinah ke Mekkah untuk melaksanakan ibadah haji. Namun, kaum Quraisy tidak mengizinkan mereka masuk ke tanah haram, demi menghindarkan pertumpahan darah, maka dibuatlah perjanjian antara kaum Muslimin dan kaum Quraisy, yang sebenarnya merugikan kaum Muslim. Perjanjian itu dilaksanakan di Hudaibiyah, disebuah tempat yang kemudian dibangunlah Masjid diatasnya, ditempat itu pula Kaum Muslimin bersumpah setia atau berbaiat kepada Rasulullah SAW, di bawah sebuah pohon benama Baiturridwan, namun saat Rasulullah tiada, untuk menghindari orang-orang berbuat syirik, pohon tersebut ditebang oleh khalifah Umar ibn Khattab ra. 

Ini Masjid yang baru, Masjid Hudaibiyah yang asli sudah hancur dan tinggal puing saja, ada di sebelah Masjid ini.
Banyak jamaah yang salah kaprah, masjid yang ada saat ini bukanlah masjid bersejarah yang dimaksud. Masjid asli tempat bersejarah itu sudah dihancurkan, kini hanya tersisa puing-puingnya saja. Ustad pun tidak membawa kami masuk ke Masjid, dia membawa kami ke bagian puing-puing tempat dahulu Masjid ini berdiri,ustad bercerita sejenak mengenai sejarah perjanjian Hudaibiyah  kemudian memimpin kami berdoa. Ustad juga melarang kami menulis nama di dinding, di batu atau dimana saja, kami juga dilarang mengambil mengambil batu atau tanah dari tanah haram.
Setelah selesai berziarah, kami belanja di supermarket yang ada didepan masjid. Aih haus sekali. Aku membeli jus buah, es krim, juga roti, ahahaha dasar gendut.
Selesai sudah rute jalan-jalan kami hari ini. Kami kemudian kembali ke hotel. Dalam perjalanan pulang, ustad sempat memberi ceramah tentang bermacam-macam hal, tapi sayang sekali saudara-saudara, aku lupa isi ceramahnya. Seingatku, salah satunya ketika kami melewati sebuah bendungan, ustad bercerita tentang istri Harun ar Rasyid yang memberikan semua hartanya untuk sedekah untuk pembangunan bendungan agar suplai air untuk jamaah haji dan umroh terpenuhi. Ustad juga berpesan agar kami solat jumat ke Masjid Haram baik laki-laki maupun perempuan, pesannya yang lain, agar kami tidak terlalu sering minum jus, karena sedang di tanah suci, minum air zam-zam saja, gratis lagi. Aaaaaaaaah itu akuuu, dan kemudian menutup pesannya dengan menyuruh kami banyak beristirahat, karena hari minggu kami akan kembali ke tanah air. Hiks, aku tidak ingin kembali sebenarnya.

 Baca kisah-kisah dibalik perjalanan di Tanah Haram : Incredible Journey 5
thank you for blogwalking, i love you :D ceeyuuuuuuuuuu

No comments:

Post a Comment